purna sudah
Wednesday 4 May 2005 - Filed under cerita bumijo + cerita pjka + plesiran
perjalanan dari jakarta atau sebaliknya selalu tak pernah sama.
ada senja yang suram, dan gulita yang menyedihkan. riuh rendahnya pedagang asongan menjajakan dagangannya menjadi daya magnet yang dahsyat bagi wajah-wajah yang lelah yang bakal 9-10 jam berada dalam gerbong lusuh.
bulan ini genap 9 bulan aku menungganggi kereta tua yang dikerek dengan lokomotif yang sudah uzur. nggak terasa yah, setiap weekend aku menjadi anggota komunitas ngetan-ngulon (barat-timur) yang setia dengan banderol 15 ribu one way.
PJKA, pulang jumat kembali ahad, aku selalu bersama dengan orang yang tidak pernah sama pula. sekali waktu aku melihat pak agus, lain waktu aku berbincang dengan pak bambang. begitu seterusnya. tapi wajah mereka kukenal, wajah-wajah yang bertengkar dengan karcis kereta ekonomi yang terlalu mahal untuk perjalanan setiap weekend.
bulan depan, aku tak perlu berlelah meletakkan badan beralas KOMPAS atau KONTAN di gerbong itu. juga, tak perlu makan nasi bungkus ayam yang kadang-kadang ditipu menjadi ‘ayam kecil’. lebih-lebih, tak perlu buru-buru lantaran hari terasa terlalu pendek di jogja, tak sempat kesana-kemari menyapa sahabat lama.
bulan depan, hanya sesekali aku akan menjenguk kotaku.
tahu kenapa? karena kakakku sudah pulang. dia yang akan menjagai ayah dirumah. tentu saja, keceriaannya akan semakin membuat rumah menjadi lebih hidup.
tapi hanya 2 bulan saja aku akan ‘istirahat’ dari perjalanan panjangku. setelah itu, aku akan kembali menjadi tikus pengerat yang menggerogoti keuntungan PT KAI dengan menjadi penumpang gelap. dan ini akan berlangsung hingga tahun 2006 atau 2007 besok.
9 bulan mondar-mandir, ternyata belum seberapa ketimbang orang-orang lain yang sudah bertahun-tahun membuang detik demi detik hidupnya di atas rel kereta. maklum, anak dan istri di kampung, sedangkan gentong nasi ada di jakarta. bayangkan, ada yang sudah sejak tahun 84, ada yang sudah sejak tahun 90, ada yang sudah sejak tahun 79. beragam. tentu saja, mereka menjadi kaya dengan pengalaman yang tidak setiap orang bisa mencicipinya.
mmm … mahal yah pengalaman mereka. jika dikalkulasi, entah sudah berapa tahun jatah hidup mereka terbuang dalam perjalanan yang tidak pendek. coba hitung, jika keluarga mereka ada di sini, tentu tahun-tahun yang hilang itu tidak akan terbuang dengan sia-sia. dekat dengan keluarga, menghabiskan 7 hari dalam seminggu di bersama dengan anak-anak dan istri. tentu saja, ini juga ada harganya.
jadi jika punya keluarga kelak, jangan tinggal anak istrimu di tempat yang jauh dengan kamu.
image courtesy: kontan
2005-05-04 » Femi Adi