Ketupat, opor, sambal goreng, kerupuk udang
Thursday 3 November 2005 - Filed under cerita bumijo + kuliner + plesiran
Lebaran telah tiba!
Di meja, sudah terhidang ketupat, opor, sambal goreng, kerupuk udang. O iya, juga ada semangkuk cocktail. Semuanya adalah hadiah dari kakak saya, mbak Wiwik yang diusung oleh kakak ipar saya, mbak Enny.
Secara religius, saya dan ayah saya tidak merayakan idul fitri. Wajar, kami sekeluarga kebetulan menganut agama katolik. Meski demikian, Idul fitri menjadi tradisi tahunan yang tak pernah kami lewatkan begitu saja. Diantaranya, berkunjung ke sanak famili, nyekar dan makan opor-ayam!
Dua tahun belakangan ini, saya sering ketiban rejeki dari beberapa sanak famili. Mbok Lah, perempuan bercucu dua orang yang dulu pernah membantu ayah semasa anak-anaknya masih kecil, mengirimi serantang penuh opor ayam dan sambal goreng ati, plus dua lontong panjang. Bulik Tari, adik ayah yang paling bontot, juga meletakkan semangkok opor di meja makan. Dan terakhir, mbak Wiwiek yang bergotong royong masak dengan mbak Enny, masih menyisihkan makanan khas idul fitri ini untuk ayah dan adiknya yang paling kecil.
Emangnya Femi ga masak? Hehehehe … niatnya sih mau masak. Bahkan, sudah beli ayam satu potong tanpa kepala dan ceker, sudah beli bumbu opor, sudah beli kepala parutan, sudah beli bumbu pawon. Nah, sayangnya sudah dapat kiriman banyak banget dari orang-orang tercinta. Jadinya, semua material opor saya lempar untuk Lik Ban, adik simbah kakung saya yang ada di Kembangarum, Turi, Sleman.
Lagipula, ayah juga eneg bila makan opor berkali-kali. pagi opor, siang opor, malam opor. Uwh … Nah, untung banget kan punya babe seperti beliau. “Nggak usah masak, eneg kalau makan opor terus-terusan,” begitu katanya. Mungkin, ini adalah kalimat halus dari ungkapan lain, “Masakanmu nggak lebih enak dari masakan mbak mu …”
Hahahahaha … Ayah, tahuuuuuu aja!
2005-11-03 » Femi Adi