Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

hey, kamu yang duduk disana!

Wednesday 18 January 2006 - Filed under kubikel

HEY KAMU YANG DUDUK DI SANA!

Saya tahu persis bagaimana kamu bekerja. Saya juga tahu persis bagaimana kamu berkonsentrasi penuh dalam pekerjaan kamu. Sekuat tenaga kamu bekerja keras, untuk menghidupi keluarga.

Saya tahu persis kapan kamu datang. Kapan kamu ke wc. Kapan kamu ke ruang makan. Kapan kamu ke perpustakaan. Kapan kamu … eits, saya bukan mata-mata. Ruang ini terlalu lebar untuk diintai. Tak perlu mengintip dari lubang jarum. Saya mengetahui dengan jelas kemana kakimu melangkah.

Kamu tak pernah memberi senyum, saya juga tahu. Kamu tak pernah menyapa, saya juga tahu. Hanya pada kamu saja, saya juga tak memberi senyum, dan memberi sapa. Memusuhimu? Tidak. Hanya saja, saya merasa kamu aneh. Maka lebih baik bicara seperlunya.

Kamu selalu menutup rapat-rapat kuping kamu. Aih, saya juga tahu itu. Kendati kamu selalu berteriak akan setiap polusi suara yang terjadi di ruangan ini, toh sesungguhnya kamu juga sudah bisa mencari solusi untuk dirimu sendiri: mengenakan earphone rapat-rapat, dan —mungkin, membunyikan suara dari tape recorder atau walkmanmu.

Sayangnya kamu tak pernah tahu, tak pernah sadar, tak pernah mengerti, … —-atau pura-pura tak tahu, pura-pura tak sadar, pura-pura tak mengerti— bahwa kamu juga menciptakan polusi suara bagi saya?

Coba tengok kelakuanmu. Sini, saya beritahu bagaimana saya melihat kelakuan kamu yang ‘pura-pura’ itu. Pernahkah kamu melewati pintu belakang? Pasti pernah. Karena bisa 99% kamu melalui pintu belakang untuk masuk ke ‘rumah’ ini. Coba kamu ingat, bagaimana kamu membuka pintu itu? Apakah kamu membuka dengan sekuat tenaga? Atau, sebaliknya? Membuka dengan halus? Coba ingat … hmmmh, sudah ingat belum? Oke, kalau belum ingat, coba sini saya ingatkan: Kamu selalu membuka pintu dengan sekuat tenaga. Nah, apakah setelah membuka pintu, kamu menutupnya kembali? Hmmh … kok tidak menjawab? Sini, saya ingatkan lagi kalau kamu masih juga ‘lupa’: Kamu tak pernah menutup pintu itu kembali. Seberapa sering kamu ‘lupa’ menutup pintu? Owh … tak terhitung banyaknya.

Saya yang berada di sini bisa tahu dengan jelas, dengan mata telanjang, siapa saja yang membuka pintu kemudian menutupnya kembali, atau siapa saja yang membuka pintu kemudian langsung ngacir, atau siapa saja yang membuka pintu, menahannya sedikit terbuka, dan kemudian menutup kembali. Wah … banyak lah variasi model orang yang lewat di pintu ini.

Nah, coba, kamu model yang mana? Sejujurnya saya sangat ingin teriak di kuping kamu: TOLONG DONG TUTUP PINTUNYA KEMBALI SETELAH KAMU MEMBUKANYA !!!

Kalau tak ingin saya teriaki, ya tolong dong tutup pintunya kembali setelah kamu membukanya. Juga, jangan protes kalau ada yang membuat polusi suara. Soalnya, kamu sendiri juga membuat polusi suara di telinga saya. Maka, jangan heran bila saya selalu membanting pintu saat menutup pintu, setelah kamu membuka dan tak menutupnya.

2006-01-18  »  femi adi soempeno