Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

uthik-uthik upil

Thursday 2 March 2006 - Filed under friends from heaven + ragam cuatan

bentuknya hitam, kecil dan rasanya sedikit asin.

namanya upil. entah, di belahan bumi lain menyebutnya apa. yang jelas, itulah kotoran yang bersarang di dalam hidung. rasanya, seperti hasil dari penumpukan debu dari asap knalpot dan polusi udara lainnya. ia seperti memiliki kaki dan tangan yang menggelitik permukaan dalam hidung. makanya, rasanya selalu ingin bersin karena kegelian yang amat sangat.

tak bisa dipungkiri, saya, kamu dan dia juga berupil. itu adalah manusia. kalau nggak berupil, namannya bukan manusia, tapi manekin atau pajangan yang biasa hinggap di etalase toko. setiap orang mestinya memiliki upil dengan beragam bentuk dan ukuran. ada yang setengah basah, ada yang basah karena sedang pilek, dan juga ada yang kering dan bisa dibikin bulatan-bulatan kecil.

upil ini rasanya nikmat sekali bila dikeluarkan. lebih-lebih, perjuangan untuk mengeluarkannya ini mempunyai seni tersendiri. nggak cukup hanya dengan memasukkan jari telunjuk ke dalam hidung, tetapi siapa tahu anda juga membutuhkan jempol kaki hingga untuk merogoh upil yang terlalu lengket di bagian permukaan dalam hidung. wah, pokoknya nikmat banget deh.

barusaja saya mendapat upil … eh, maksut saya, mendapat telepon dari kakak saya. ia bercerita bahwa ia mendapat email dari dosennya. dalam emailnya, dosennya bilang agar dia –kakak saya– nggak uthik-uthik upil selama berada di dalam kelas dan pelajaran berlangsung.

hahahahaha …

saya tahu betul kebiasaan dia, kebiasaan kakak saya! dia memang paling hobi ngupil. kendati hidungnya kecil dan mungil, tetapi banyak upilnya. alih-alih di dalam kelas, lagi di perempatan jalan saat menunggui traffic light yang berwarna hijau pun ia selalu memainkan jari telunjuknya di dalam hidung.

dia memang paling tidak bisa dimaklumi kalau untuk urusan uthik-uthik upil. itu adlaah kenikmatan yang tiada tara baginya. jangankan dosennya, saya pun tak bisa melarangnya untuk uthik-uthik upil. baginya, uthik-uthik upil tak ubahnya seperti makan camilan, makan makanan kecil namun kontinyu. lebih-lebih kalau yang dicemil itu slondok yang keras dan sedikit mlempem dan membutuhkan perjuangan untuk menggigitnya. toh, tetap dimakan juga karena enak, gurih. begitu juga untuk urusan ngupil ini. kontinyu, dapetnya kecil-kecil, namun merupakan aktivitas yang enak buanget.

well, tak penting seberapa gede upil saya, upil kakak saya, upil pacar saya … yang penting, ngupil itu emang nikmat! bagaimana dengan aktivitas ngupil anda?

Tagged: » »

2006-03-02  »  femi adi soempeno