saat kancut dan bra saya jatuh
Friday 30 June 2006 - Filed under cerita bumijo + kubikel + pal224
teman-teman saya sebagian besar adalah laki-laki.
sebenarnya, saya tak terlalu cemas dengan hanya memiliki sedkit teman perempuan. hmmmh … bisa dihitung dengan satu tangan, berapa teman perempuan yang dekat dengan saya yang saya miliki. yani, evi, … siapa lagi ya?
ah, tak jadi soal. sesungguhnya pun saya lebih terasa nyaman bergaul dengan teman laki-laki. darinya saya belajar berpikir tentang hal-hal simpel. misalnya saja, tak harus dengan tas cantik untuk membawa pulang beberapa dokumen maupun barang-barang untuk diusung pulang. dengan kotak atau box, maupun tas ransel, rasanya lebih dari cukup. juga, tak harus ada kursi lebar untuk menyangga tubuh. kursi lipat justru lebih ringkas.
menyapu semua barang di mall, adalah kebiasaan laki-laki. kalau tidak ada yang menarik, ya tak singgah. lain halnya dengan teman-teman perempuan. semua barang harus dipegang, dilihat merek dan harganya. perempuan, makan pun harus dengan peralatan yang sempurna. kalau laki-laki? tak ada piring, cawan bahkan daun pisang pun jadi.
di rumah, ayah juga sederhana dalam segala hal. pemikiran, barang-barang, gaya hidup, … ke-bersedia-annya untuk mencuci pakaian dalam saya dan kakak perempuan saya, menipiskan jarak laki-laki dan perempuan diantara kami. maka, saya pun tak sungkan untuk meminta bantuan ayah bila bra atau kancut saya ketinggalan di dalam rumah.
memang, ayah saya spesial. tak bisa dibandingkan dengan teman laki-laki saya manapun!
teman-teman di kantor, lebih banyak laki-laki ketimbang perempuan. dan, kekhawatiran selalu datang bila mandi di kantor. bagaimana kalau dalam perjalanan dari meja saya hingga kamar mandi, saya lupa membawa bra atau kancut. bagaimana kalau dalam perjalanan dari meja saya hingga kamar mandi, bra atau pantyliners atau kancut saya terjatuh.
di rumah, ayah tak ragu untuk menyusulkan benda-benda perempuan itu pada saya. mengetok pintu, dan sejurus dengan wajah saya yang mengintip dari dalam, bra atau pantyliners menjulur tepat di depan muka saya.
bagaimana bila itu terjadi di kantor?
saya tak bisa membayangkan, siapa yang tengah berada di dekat ruang makan, dekat pintu keluar, dekat meja saya, dekat pintu masuk kamar mandi. dan, apakah mereka mau mengambilkan dan menyusulkan seperti yang saya lakukan. apakah mereka berteriak, “kutang siapa niyh???” sambil tertawa terbahak. dan, bagaimana mereka menjelaskan bahwa ada kutang maupun kancut yang tercecer di sepanjang jalan dari kubikel femi hingga kamar mandi.
owh … saya harap ini tak pernah terjadi
2006-06-30 » femi adi soempeno