Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

Dibutuhkan segera: tukang pijit

Sunday 29 October 2006 - Filed under cerita bumijo

bahu saya pegel pegal banget.

barangkali, karena terlalu berat menyandang beban hidup. bayangkan. satu ransel besar berisi notebook plus perangkatnya, beberapa buku dan pakaian, boneka teddy bear dan cemilan. selebihnya di tangan menjinjing satu tas kresek berisi oleh-oleh dan empat botol air mineral masing-masing berukuran 1 liter. whush … capeknya!

belum lagi perjalanan dari jogja ke jakarta yang makan waktu sekitar 13 jam naik kereta, menggenapi  letih dan capai di badan. naik transjakarta dari atrium senen ke harmoni, nyambung ke olimo dan mbalik ke arah blok m, ngadem di plasa semanggi dan beberes kamar kos … rasanya membuat hari saya kian berkeringat saja.

perjumpaan saya dengan beberapa teman usai kedatangan saya kembali ke jakarta sabtu lalu, juga menguras tenaga saya. berbagi senja di kamar 4 x 4 m, menyiangi malam dan menjemput tengah hari di circle K, cukup menggerus tenaga saya.

saya jadi ingat mbah kariyo.

dulu dia adalah tukang pijit langganan keluarga saya. perempuan tua berkain kebaya, tangan kokoh menjejak punggung dan mencubit tulang. “dia sudah lama meninggal …” ujar om joko, adik ibu. owh. konon, kepiawainnya memijit menitis pada salah satu anaknya.

minyak kampak, balsem, benggol recehan … adalah beberapa perangkat memijat yang biasanya kami sediakan bila mbak kariyo datang. sebagai alas, kain sprei atau jarik saja. mbah kariyo datang, mengusap punggung, mengolesi dengan minyak kampak dan mulai menajamkan sentuhannya.

biasanya ibu menyediakan beberapa penganan dan air teh manis hangat untuk menjamu mbah kariyo. tentu saja, beberapa lembar ribuan kami selipkan ditangannya bila mbah kariyo hendak pulang.

duh, kalau badan saya pegal begini, saya jadi kangen pijatan mbah kariyo.

2006-10-29  »  femi adi soempeno