lari sore yang gagal
Thursday 18 January 2007 - Filed under cerita bumijo
niatan saya sudah bulat sejak meninggalkan jakarta: di jogja, saya mau lari sore.
lari sore ini bisa dan biasa dilakukan di kawasan kampus UGM. tenang, nyaman, bebas polusi, sambil menunggu bola raksasa menanggalkan kegagahannya. sesuai resolusi tahun 2007 untuk hidup sehat, saya pun berniat membikin beberapa revisi cetak biru itu menjadi kenyataan. saya ingin lari sore!
saya mengambil celana training, mengenakan kaos, menjejakkan kaos kaki dan membungkusnya dengan sepatu kets merah. saya siap lari sore.
tap tap tap.
saya mulai menghentakkan kedua kaki saya ke bumi ditemani surya yang tenggelam malu-malu. saya pasang musik di kuping saya. diiringi lagu ‘yogyakarta’ milik Kla Project, rasanya sore ini menjadi sempurna.
saya lari bersama dengan puluhan bahkan ratuisan orang yang juga berlari-lari sore. tak ada satu pun yang saya kenal. muka saya mulai memerah. gerah. panas. kecepatan hentakan kaki saya mulai pelan.
“mbak, lari-lari mukanya kok merah sih?” todong laki-laki imut yang menyejajari lari kecil saya.
“heh … ini pertanda sehat, dan saya serius larinya!” saya tinggalkan dia dengan rasa sewot yang amat sangat.
saya terus berlari. tap tap tap.
“mbak, ayo balapan sama saya!” todong laki-laki imut itu lagi. huh.
buru-buru saya menelpon teman-teman yang rencananya hendak menemani saya lari sore. paimun dan yuyun.
“mun! mang mudi!”
saya buru-buru menjejalkan kunci pada lobang kendaraan. saya lajukan kendaraan saya ke tempat mang mudi.
enam bulatan siomay sudah ada di depan hidung saya. bersama paimun dan yuyun, saya menyertai tenggelamnya bola raksasa di warung mang mudi, si penjual siomay.
mm … rasanya enakan begini deh daripada diajakin balapan orang.
2007-01-18 » femi adi soempeno