titipan sepotong hati
Friday 9 February 2007 - Filed under cerita cinta + friends from heaven + renanda
lelaki dengan pjamas kotak-kotak ini pernah menitipkan sepotong hatinya pada saya.
ia meninggalkannya persis di depan rumah saya. ia menggeletakkan begitu saja. wadahnya terbikin dari rotan. bentuknya bulat, menyerupai keranjang tanaman. ia datang mengetuk rumah saya, menaruh sepotong hatinya di depan pintu, dan pergi. esoknya, dia datang lagi, mengetuk pintu rumah saya, membawa gembor plastik, meninggalkan di depan pintu rumah, dan pergi. esoknya, dia datng lagi, mengetuk pintu rumah saya, meninggalkan sekantong plastik pupuk kasih dan pelukan hangat, dan pergi.
“dari kemarin aku mereka-reka, apa yang akan kita lakukan pertama saat kita ketemu nanti?” tanya saya, malam tadi.
“aku akan menjabat tangan kamu, memelukmu hangat, dan menciummu,” jawabnya
saya mendengar suaranya. utuh. saya seperti melihat sosoknya kembali, berdiri persis di depan saya, dan bercakap meriah dengan saya. utuh. saya seperti kembali pada reriungan hangat kami saban sabtu seperti dulu. utuh. sepertinya jarak kita dekat. iya, jarak 5768 km itu tiba-tiba menjadi beberapa sentimeter saja. teduh. dekat. hangat. hanya kamu dan saya.
andai saja kamu ada di sini, saya tidak akan sesalahtingkah seperti ini. memelototi cleaning service yang hilirmudik menarikan tongkat pelnya yang panjang. memijit-mijit tutup botol aqua. menggoyang-goyangkan kedua kaki dibawah meja. berusaha bersuara selirih mungkin. diluar sana, langit menggelap. sore sudah luruh. februari menjadi lebih cantik. yippie!
saya masih menyimpan titipan hatinya.
“aku serius, aku sendiri disini …” katanya.
“aku kangen sama kamu,” tiba-tiba ujaran ini mancur begitu saja.
“hmmh … aku lagi mau omong begitu tadi …” jawabnya cepat.
tenang, sebentar lagi masa itu datang. saya akan membongkar hati yang kamu titipkan. cuilan hati itu masih utuh. saya masih menyiraminya. kamu tak percaya? hati itu tersimpan di koper di atas lemari saya. iya, segepok surat, kartu pos, kado ulang tahun, hadiah tahun baru, cerita-cerita kangen, bualan tak penting, cerita remeh-temeh. iya, saya sengaja menyuratimu–dan tak pernah saya kirimkan ke negerimu– untuk melawan rasa kangen. sayang, saya punya segudang hadiah buat kamu.
ayo, lekas datang. saya kangen. sayangnya kamu jauh. kalau dekat, sudah sejak tadi kamu saya peluk.
kalau kamu datang nanti, celengan rindu saya pasti sudah penuh.
ps: terimakasih teleponnya. lain kali, saya akan telepon lebih pagi, agar tak membangunkan tidur malammu.
image courtesy: reuters
2007-02-09 » femi adi soempeno
16 February 2007 @ 8:18 am
Just like my story when i was in Senior Hi school.
Aku ngerti gimana rasanya..
Btw, aku suka banget dengan gayamu bercerita non.
Bravo!!!
20 December 2007 @ 12:22 pm
[...] januari ada dimana? kalau ada waktu, mau main ke padang? aku mungkin sudah ada di padang,” katanya dalam surat elektronik yang ia kirimkan, saat butiran air merintik membasahi dedaunan di halaman [...]