Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

taksi jerman

Wednesday 27 June 2007 - Filed under asupan gizi + friends from heaven + kubikel + plesiran

Satu dasawarsa silam, Ludger Matuzewski, pendiri Velotaxi GmbH tidak pernah membayangkan perusahaan becak ini berkembang sedemikian pesat. Padahal, bekas project manager Dailmer Chrysler ini awalnya hanya ingin mendirikan perusahaan angkutan dengan moda bus kecil.

Hanya saja, Ludger harus mempertimbangkan beberapa hal untuk membikin taksi dengan bus kecil. Pertama, harga bahan bakar yang semakin membumbung tinggi. Selain itu, di Eropa gencar kampanye pengurangan CO2. Belum lagi, ongkos pembelian bus yang tak murah.

Maka terbersitlah di benak Ludger untuk mengotak-atik sepeda. “Kami butuh becak khas Eropa, pihak-pihak yang menyeponsori kami, perusahaan yang menyerap tenaga kerja dan kendaraan yang ramah lingkungan,” jelas Ulbricht.

Maka, disulaplah sepeda sehingga mampu mengangkut penumpang sebanyak dua orang dewasa. Becak ini kemudian diberi nama Velotaxi dan di klaim sebagai becak khas Eropa.

Lebih dari itu, angkutan publik dengan tiga roda yang dikayuh dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam ini mempesona banyak pihak. Bukan Cuma turis saja yang kepincut menjajal becak Jerman ini, tetapi juga warga lokal.

Melihat animo masyarakat yang begitu positif atas angkutan ramah lingkungan ini, naluri bisnis beberapa perusahaan kelas dunia pun berjalan. Inilah kesempatan beriklan yang cukup efektif. Sama-sama diuntungkan, Velotaxi juga tak susah-susah mencari sponsor untuk mengongkosi perusahaannya.

Apalagi, usai pameran di Hannover tahun 2000, permintaan membeludak. “Kami memutuskan, hanya mereka yang memegang lisensi Velotaxi lah yang boleh membeli sepeda-becak buatan kami,” kata Klaus C Ulbricht, COO Velotaxi GmbH.

Becak Jerman mendunia

Konsep awal becak sebagai angkutan publik dan sarana tur bagi turis pun dilengkapi. Ludger Matuzewski sebagai pemilik Velotaxi membikin konsep partnership atau kerjasama kepemilikan lisensi Velotaxi. Maklum, peminatnya tidak hanya datang dari Jerman saja, tetapi juga diluar Jerman.

“Kami tidak pasang iklan dan tidak mengajak mereka berpartner,” kata Ulbricht. Sebaliknya, malah mereka yang mengirimkan surat permohonan menjadi partner Velotaxi.

Agaknya Ludger ingin memenuhi brankasnya. Tahu ada wilayah bahkan negara lain yang berminat dengan becak bikinannya, ia menyambangi wilayah atau negara tersebut dan tinggal untuk sedikitnya tiga minggu. Waktu ini digunakan untuk survey dan mengenali pasar. Peminat Velotaxi membutuhkan setidaknya 2-3 bulan untuk mendapat keputusan Ludger.

Di Jerman, Velotaxi harus memenuhi permintaan mulai dari Rostock, Hamburg, Dusseldorf, Koln, Frankfurt, Stuutgart, Munchen, Freiburg dan beberapa wilayah lain di Jerman. Tak mau kalah, negara tetangga juga kepincut dengan becak berdesain minimalis ini. Diantaranya Amsterdam, Prague, Roma, Athena, Ryadh, Jepang, dan Korea.

Khusus untuk Jerman, Ludger punya beberapa kriteria bagi mereka yang ingin berkongsi dengan Velotaxi. Kriteria ini dibagi menjadi kelas A, B dan C berdasarkan luas wilayah, jumlah turis dan calon penumpang potensial.

Kelas A, corporation fee nya € 5.000 plus ongkos lisensi tahunan sebesar € 3,000. Kelas B, corporation fee nya € 3.000 plus ongkos lisensi tahunan sebesar € 2.000. sedangkan untuk wilayah yang paling ciut, hanya dikutip corporation fee € 1.000 plus ongkos lisensi tahunan sebesar € 1.000. Angka itu masih ditambah ongkos komisi sebesar 3-7%.

Tapi si partner ini masih harus membeli becak dari Velotaxi. Untuk wilayah kelas A jumlah becak minimal 5 unit, kelas B 3 unit dan kelas C 2 unit. Coba hitung besarnya duit yang masuk ke brankas Ludger kalau satu unit becak dijual dengan harga € 8.300. Harga jual becak itu setara dengan si kembar Daihatsu Xenia-Toyota Avanza!

Belum puas dengan konsep diatas kertas, Ludger pun dengan lincah menjadi pemain anyar di bisnis angkutan umum ini. Demi merespon permintaan, ia mendirikan anak perusahaan yaitu Veloform GmbH. Perusahaan ini membawahi produksi dan perakitan becak di tiga negara. Kabin becak dibikin di Belgia, bahan dasar untuk becak dibikin di Cekoslovakia, dan perakitannya di Berlin, Jerman.

Bahkan sejak tahun 2004, perusahaan ini sudah membuka pasar yang lebih luas. “Bukan hanya pemegang lisensi saja yang boleh membeli becak dari kami, tapi siapa saja juga boleh,” kata Ulbricht.

Nah, Anda berminat mengusung Velotaxi ke Indonesia?

Yang lain mengekor

Dimana-mana, meniru itu lebih mudah daripada menciptakan. Ini juga terjadi pada Velotaxi GmbH, perusahaan becak asal Jerman yang sukses membiakkan becaknya hingga ke Amsterdam, Prague, Roma, Athena, Ryadh, Jepang, dan Korea.

Usai menciptakan sistem pengelolaan becak, perusahaan milik Ludger Matuzewski ini memproduksi sekitar 200-250 unit becak setiap tahun. Perusahaan ini bertahan dengan pendapatan sekitar € 1,2 juta-2 juta per tahun.

“Hingga saat ini, sudah lebih dari 1000 becak tersebar di penjuru dunia,” kata Klaus C Ulbricht, COO Velotaxi GmbH. Setiap hari, sambungnya, ia menerima sekitar 20-30 surat permintaan dari seluruh pelosok dunia untuk menjadi partner Velotaxi.

Melihat permintaan yang begitu besar dengan angka produksi yang sedemikian mungil, mengindikasikan bahwa ceruk bisnis becak ini masih menganga lebar. Dus, mestinya celah ini juga bisa diisi oleh pemain-pemain lain yang berminat membenamkan koceknya ke bisnis angkutan ramah lingkungan ini.

Pemain yang datang dan cukup agresif mengisi pasar becak di Jerman adalah Kai Luebeck. Perusahaannya, Bike Taxi GmbH menjumput konsep yang serupa dengan perusahaan Matuzewski. Yaitu, angkutan becak yang menawarkan jasa bagi penumpang reguler maupun turis.

Matuzewski juga masih harus masih ada Rikscha-Mobil, Perpedalo, Bielefeld dan beberapa perusahaan becak lain yang sejenis yang tersebar di pelosok Jerman. Disinilah Matuzewski harus menjegal lawan bisnisnya agar tak menggerus laba perusahaannya.

Luebeck, misalnya. Layaknya hukum persaingan, siapa yang datang belakangan bisa berkreasi dengan produk yang sudah ada. Tinggal tambah ini-itu, maka jadilah produk baru. Ini juga yang terjadi pada Bike Taxi miliknya yang bermarkas di Prenzlauer Berg, Berlin.

Berpotensi membesar

Bike Taxi datang tak seratus persen sama persis dengan Velotaxi. Lihat saja kreasi beragam bentuk becak yang dimilikinya. Bukan Cuma lengkungan kabin yang menghalau terik dan rintik hujan seperti Velotaxi, tetapi komplit dengan variasinya.

Misalnya becak model Peking. Kabin di becak ini bisa dilipat ke belakang. Rangka atapnya terbuat dari besi, sedangkan atapnya terbuat dari parasut plastik. Dus, kalau si penumpang ingin menikmati perjalanan sambil berteduh, kap ini bisa ditutup. Sebaliknya, kalau ingin menikmati musim panas, atap becak ini juga bisa dibuka.

Ada lagi yang model Dom yang sangat rapat tertutup. Kabinnya terbuat dari plastik menyerupai kabin Velotaxi. Sedangkan perusahaan, gerai, museum atau apapun yang ingin mengiklankan produknya, ada becak khusus mengusung plakat. Model ini dinamakan Promotion Bike.

Becak bikinan Bike Taxi yang paling seru adalah Conference Bike yang bisa dikayuh tujuh orang sekaligus. Becak model ini diproduksi di Hannover, Jerman. Biasanya yang menyewa ini adalah keluarga atau komunitas kecil yang ingin menikmati Berlin dengan cara yang ‘tidak biasa’. Maklum, meski dikayuh bertujuh, sepeda ini tetap berjalan ke satu arah yang sama.

Bike Taxi yang muncul tahun 1999 ini baru menggelontori Jerman dengan 27 unit becak saja. Sementara itu, orientasi pasar ekspor belum muncul dari perusahaan ini. Menilik bentuknya yang unik yang juga dibuntuti pemain lain di belakangnya, perusahaan ini memiliki potensi besar untuk menggerogoti pasar Velotaxi.

Bike Taxi juga memiliki tarif yang tak jauh berbeda dengan Velotaxi. Untuk jarak dekat, ongkosnya € 5 per km. Sedangkan untuk melayani turis, ongkosnya mulai € 30. Tarif yang serupa dimiliki oleh Perpedalo yang dioperasikan di Koln, dan Rikscha-Mobil yang dijalankan di Munchen.

Untuk melihat Koln diatas becak selama 30 menit, ongkosnya € 34. tarif per kilometer untuk Perpedalo sama dengan Velotaxi dan Bike Taxi, yaitu € 5. Belum lagi, banyak tukang becak yang mengoperasikan becaknya sendiri dengan tarif yang sama dengan tarif yang dipasang oleh perusahaan becak.

“Kami tidak gentar dengan pemain baru,” kata Ulbricht, optimis. Menurutnya, kendala di bisnis ini bukanlah para pemain baru yang mencoba menyedot dan menggeser pasar Velotaxi, melainkan pemenuhan kebutuhan pasar yang begitu besar.

“Kami menciptakan produk baru, yaitu City Cruiser 2,” katnya. Becak bikinan Velotaxi ini khusus lantaran digerakkan dengan mesin. Setiap minggu, becak ini butuh sekitar 300 ml methanol untuk mengangkut penumpang.

Kalau begitu, tunggu saja, pasti sebentar lagi bakal ada becak lain yang memproduksi becak bermesin sejenis. (**)

Jakarta. Pihak Kejaksaan Agung rupanya masih tak terima jika terus
dipojokkan karena lembaganya dinilai ikut mengambil untung terkait
penetapan dua pimpinan KPK sebagai tersangka. Jaksa Agung Mudana
Pidana Khusus Marwan Effendy menegaskan soal penetapan tersangka dua
pimpinan KPK bukan dirinya yang menetapkan sebagai tersangka namun
pihak kepolisian.

Ia mengaku hampir dua bulan sebelum ditetapkan sebagai tersangka ia
sudah melakukan komunikasi dengan pihak kepolisian bahwa memang dalam
perkara testimony Antasari Azhar bahwa ada pimpinan KPK yang terlibat
suap memang sudah mengarah ke beberapa orang pimpinan KPK. Namun belum
pernah dibuka semata untuk menghormati proses hukum. “Surat Perintah
Dimulainya Penyidikan untuk tersangka KPK, saya terima tanggal 3
September dengan sangkaan pasal 263, 372. Saya sudah serahkan ke
pidana umum, namanya malah disebut,” tegasnya, Kamis (17/9).

Ia bilang pada saat itu tidak ada polemik seperti sekarang. “Semua gak
ada komentar kala itu, bahkan ketika SPDP dan nama tersangka ke pidana
umum, tidak ada polemik,” imbuhnya. Ia bilang ketika kejaksaan
menerima SPDP tidak ada larangan untuk mempublikasikan dan memang
bersifat terbuka. “Orang SPDP itu terbuka, boleh diumumkan.  Mungkin
ada yang gak senang kalau dibuka, ada yang ingin ditutupi. Kalau saya
sebut satu (Chandra m hamzah) ,nambah dua tersangka (ditambah Bibit),
kalau saya sebut dua bisa jadi tiga tersangka,” tegasnya dengan nada
menyindir.

Ia bilang tidak mungkin ia menyebut tersangka jika tidak ada laporan
dari polisi. “Aada laporan polisi lagi, bukan mau menyalahi penyidik
polri, dua bulan lalu saja saya tahu soal tersangka, tapi kalau
mengungkapkan tidak etis,” tegasnya.

Ia bilang dalam SPDP yang ia terima ada dua pasal yaitu  pasal 12
junto 421, itu ada pasal 12e UU Tipikor. Asal tahu saja pihak
kepolisian memang menetapkan Chanda dan Bibit dua hari lalu sebagai
tersangka menggunakan pasal itu. “Kalau terbukti lebih parah lagi,”
tegas Marwan.

Epung Saepudin

Tagged: » » » » » » »

2007-06-27  »  femi adi soempeno

Talkback

  1. munggur
    15 November 2007 @ 11:30 am

    lha yo mending Xenia to jeng! mosok becak. opo penak e. wong jerman ki jan pancen kentir. back to basic yang kemunduren…