sepucuk amplop putih
Wednesday 19 September 2007 - Filed under friends from heaven + kegemaran + plesiran
kenapa saya selalu berbunga-bunga bila mendapatkan sepucuk amplop putih darinya.
sebelum membukanya, saya selalu tersenyum dan berujar pada diri sendiri. “eh, ada surat darinya …” dan saya selalu berdebar untuk satu hingga sepuluh detik saat membukanya. mencoba menerka-nerka apa yang terjadi. mungkin sapaan rindu. tetapi, bisa jadi sederet tanda tanya dan tanda seru. atau, undangan makan malam di januari yang basah?
amplop putih yang tersangkut di layar monitor saya. bentuknya kecil, memanjang. menyerupai surat balasan dari surat kabar yang mengabarkan penolakan tulisan. warnanya putih, bersih, menyerupai sodoran amplop berisi uang yang dibingkis untuk para wartawan. dan disana hanya tertera nama saya. ya, surat ini untuk saya.
amplop putih itu juga berisi kertas putih. selembar. bersih. tulisannya rapi, dari ujung atas hingga bawah. kertas putih yang disinggahi kalimat-kalimat pendek. seuntai demi seuntai. tidak membingungkan. tidak mengacaukan. singkat. penuh makna. hingga saya ingin mempelototi isi surat itu, dan mendekapnya terus.
coretannya tegas. saya selalu mencoba membayangkan bagaimana dia merangkai kata-kata ini. ditengah kesibukannya menelisik korban. diantara barang bukti, tempat kejadian dan borgolan pelaku kejahatan. bagaimana bisa orang yang gemar menggedor pintu penjahat dengan tendangan kakinya dan acungan pistolnya, bisa menguraikan kalimat yang begini santunnya. iya, di surat ini.
lelaki dengan hati baja, menulisi halaman putih ini untuk saya. menjejalkan lipatan kertas dalam amplop putih dan meninggalkannya di monitor saya.
kali iniĀ ada pertanyaan yang menantang saya, ” … when will you back to berlin?”
2007-09-19 » femi adi soempeno
19 September 2007 @ 4:37 pm
lelaki dengan hati baja?
mmm… mantaffffffff kayanya hehehehe
24 September 2007 @ 10:06 am
suit suit… jadi penasaran