wajan itu mencaplok ikan saya
Tuesday 9 October 2007 - Filed under cerita bumijo
pagi tadi saya menderetkan pandangan ke cacahan es batu dengan ikan yang nyungsep di dalamnya.
saya membungkus satu ekor ikan baronang dan satu ekor ikan kurisi. setelah dibersihkan dan digaris miring, saya membayarnya. seekor ikan kurisi Rp 2.220. sedangkan seekor ikan baronang harganya Rp 2.905.
“mas, dibumbuin apa ya?”
“kayak biasanya aja …”
“biasanya itu apa bumbunya?”
“ya bawang putih dan garam aja, terus digoreng …”
menuruti petunjuk si penjual ikan, saya memulai menggoreng ikan baronang untuk lauk makan malam tadi. saya mengucuri ikan dengan perasan air jeruk nipis. konn, biar tidak amis. saya meninggalkan ikan itu sendirian, saya mandi.
kembali ke dapur, saya mengupas bawang putih, meletakkannya di ulekan dan menaburinya dengan garam. saya menguleknya. o iya, asal tahu saja, saya cukup ahli dalam mengulek-ulek. rupanya tangan dan lengan saya cukup ampuh untuk membikin semua racikan tercacah sempurna.
sreng … sreng … sreng …
saya mencemplungkan ikan itu ke dalam penggorengan. semenit. dua menit. tiga menit. lima menit. saya menciprat-cipratkan minyak panas ke bagian permukaan atas ikan. saya membayangkan ikan itu berenang lucu di dalam kolam.
saya membalik ikan itu. lengket. saya terus membaliknya. beberapa bagian membandel, tak mau memberikan posisinya yang paling hangat untuk sisi lainnya. saya terus membaliknya.
saatnya diangkat. eh, hilang. raib.
mengangkat ikan baronang dan menaruhnya di piring, saya tak mandeg tertawa. di salah satu sisi tubuh ikan, dagignya hilang. entah kemana. satu sisi lainnya, dagingnya tinggal separo. sementara, kepala dan buntutnya masih utuh. permukaan wajan yang panas itu mencaplok ikan saya.
kalau ayah ada, pasti dia tertawa.
2007-10-09 » Femi Adi
26 October 2007 @ 2:46 pm
Hehehe… wajannya teflon gak Mbak?