sakura
Tuesday 11 March 2008 - Filed under cerita cinta + renanda
“selamat pagi!” sapa saya padanya. humh. harusnya kebiasaan ini sudah saya hentikan. tapi, saya masih terus menyapanya saban pagi. lewat desahan hati yang kini mulai mengkerut pelan. tapi pagi ini saya masih saja menyapanya. aih, andai saya bisa berhenti untuk menyalaminya saban pagi. andai bisa, pasti saya lakukan. tapi setiap mata ini membuka, seperti mesin otomatis, akan membisik pelan. berharap udara pagi akan menerbangkan salam saya untuknya.
Senada cinta bersemi di antara kita
menyambut anggunnya peranan jiwa asmara
terlanjur untuk berhenti di jalan yang telah tertempuh semenjak dini
sehidup semati
setelahnya, saya merasa menyesal. eh, bukan, bukan. tepatnya, pedih. sekarang saya hanya bisa bergumam pendek. tanpa ada balasan. tanpa ada sapa balik dari laki-laki dengan pjamas kotak-kotak merah. saya hanya mengatupkan mata kembali, mencoba tidur lagi. tetapi, selalu, tidak bisa.
Kian lama kian pasrah kurasakan jua
janji yang terucap tak mungkin terhapus saja
walau rintangan berjuta walau godaan memaksa diriku terjerat
dipeluk asamara
sudah seminggu ini sapa hangat ini tak terpercik darinya. tak lagi hangat. adem. dingin. bahkan, sebentar lagi juga membeku. sudah mencoba beragam cara untuk melumerkannya. menggarangnya diatas pemanas. tetap juga beku. menjemurnya dibawah terik. tetap juga beku. saya tahu persis, besok tetap akan membeku.
Terlambat untuk berdusta, terlambatlah sudah
menipu sanubari tak semudah kusangka
yakin akan cintamu yakinkan segalanya
perlahan dan pasti daku kan melangkah menuju damai jiwa
keyakinan ini pupus. habis sudah. sapa pagi tak lagi menyisakan rasa rindu yang harus ditabung. sebaliknya, hanya memendam rindu, dan terus merindu. sendiri.
Bersama dirimu terbebas dari nestapa
dalam wangi bunga cita cinta nan bahagia
walau rintangan berjuta walau godaan memaksa diriku terjerat
dipeluk asmara
2008-03-11 » Femi Adi