nomer E
Saturday 26 July 2008 - Filed under friends from heaven + isu indonesia + plesiran + weekend escape
“satu, bandung, nomer E, kursi yang agak tengah ya,” kata saya, pada si penjaga loket.
saya melihat mimik muka si penjaga. berubah. tangannya yang semula siaga di atas papan kunci, jadi terhenti, dan diletakkan di ujung meja. saya juga jadi ikutan diam. “E? nggak ada …” katanya.
wah, saya jadi ragu sendiri. saya mencemati papan kecil menyerupai kalender meja, berwarna kuning. disana tertera ‘parahyangan 13.30′. benar kok. ini kereta yang akan saya tumpangi. “yang dekat jendela,” jawab saya. tegas. bersemangat. berusaha meyakinkan. ujaran ini dijawab tak kalah mantap, “adanya A atau D.”
oops.
saya baru sadar. saya tahu. saya salah bilang. bukan E, tapi mestinya A atau D. ini bukan kereta ekonomi yang saya tungganggi saban weekend ke jogja. tapi kereta bisnis dan eksekutif yang hendak ke bandung. jadi, tak ada nomer E. adanya, A dan D, itu yang di dekat jendela.
“mulane fem, mlarat ojo kesuwen,” komentar esti, kakak saya, saat saya berbagi cerita soal kecelakaan pembelian tiket nomer E ini. (makanya fem, miskin jangan kelamaan)
2008-07-26 » Femi Adi
30 July 2008 @ 1:47 pm
Ha..ha..ha.. aku yo lagi mikir kok.. ono bangku sampe E ki opo? tak pikir numpak travel, tapi kan biasane penanda bangkune pake angka, bukan huruf! Ato malah naik pesawat..
8 November 2008 @ 3:15 pm
[...] tapi, mengingat badan yang ‘takut capek’, lebih baik mengiyakan tawaran si penjaga loket ini. “satu, minta nomer D atau A!” [...]