Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

suku bunga riil

Saturday 9 August 2008 - Filed under asupan gizi

inflasi, dan inflasi. aih, ini memang momok yang paling mengerikan untuk perekonomian. bukannya apa-apa, tetapi yang membuntuti inflasi ini puanjang banget.

misalnya saja, saat inflasi merangkak naik, daya beli masyarakat makin menurun lantaran pendapatan riilnya terus menyusut. ujung-ujungnya, angka kemiskinan pun bisa semakin melonjak. tapi, inflasi yang tidak stabil juga akan menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi. mereka bakal kesulitan mengambil keputusan untuk melakukan konsumsi, investasi dan produksi. buntutnya, kegiatan ekonomi pun terganggu.

inflasi tinggi juga bakal mengerek suku bunga dalam negeri. pasalnya, setiap inflasi naik tajam, bank sentral bakal langsung meresponnya dengan menaikkan suku bunga acuannya. jamak dilakukan, menaikkan suku bunga acuan BI rate adalah satu-satunya cara yang selama ini dianggap ampuh oleh bank sentral untuk mengendalikan keliaran inflasi.

jadi, seperti kepingan logam. keduanya saling berhubungan. saat inflasi tinggi, BI rate juga akan tinggi. dan begitu juga sebaliknya. saat inflasi cenderung turun, Bank Indonesia juga akan mengendurkan bunga acuannya itu.

nah, biasanya Bank Indonesia tetap menjaga selisih bunga acuannya tetap dalam spread yang positif dengan laju inflasi. ini yang disebut dengan suku bunga riil atau real interest rate. suku bunga riil dapat dihitung dengan membandingkan suku bunga acuan dengan laju inflasi yang diperkirakan.

taruh kata, anda menguping, bank sentral menyebutkan bakal mengarahkan suku bunga riil sebesar 1,5% hingga 2 %. artinya, besaran suku bunga acuan kira-kira akan berada 1,5% sampai 2% di atas angka inflasi. contohnya, tahun ini pemerintah dan BI menargetkan inflasi akan mencapai 6%. bila suku bunga riilnya 1,5%-2%, maka suku bunga acuan di akhir tahun kemungkinan akan berkisar di 7,5% sampai 8%.

eh, tapi ini bukan hitungan mutlak ya. BI pasti memperhitungkan juga risiko bila selisih antara suku bunga acuan dengan inflasi terlalu sempit. salah satu pertimbangannya, ya dengan tetap menjaga suku bunga domestik tetap memberikan imbal hasil atau yield yang menarik bagi pemodal asing untuk menempatkan dananya di instrumen pasar keuangan domestik, seperti obligasi.

tahu sendiri, pemodal asing umumnya sensitif dengan bunga. kalau tak mendapatkan imbal hasil yang kompetitif, mereka bakal kabur menarik dananya dan mencari portofolio yang lebih menguntungkan. kalau sudah begitu, melonggarkan kembali selisih bunga riil akan menjadi pilihan bank sentral untuk menarik mereka kembali.

2008-08-09  »  femi adi soempeno