Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

nostalgia

Friday 29 August 2008 - Filed under asupan gizi + isu indonesia + kegemaran + ragam cuatan + tokoh

saya seperti sedang bernostalgia.

nostalgia dengan hari-hari yang saya habiskan dengan membaca buku di kursi malas, sekitar tujuh atau delapan tahun silam. tinggalan jejak seno. dan kemudian membincangkannya dengan teman-teman. bukan, bukan perbincangan yang serius. hanya sedikit takjub.

takjub dengan bola raksasa yang tenggelam di punggung bumi dan itu bisa dilukiskannya dengan begitu indahnya.

Cahaya kuning matahari melesat-lesat. Membias pada gerak jalanan yang mendadak berubah bagai tarian. Membias pada papan-papan reklame. Membias pada percik gerimis dari air mancur. Membias diantara keunguan mega-mega. Maka langit bagaikan lukisan sang waktu, bagaikan gerak sang ruang, yang segera hilang. Cahaya kuning senja yang makin lama makin jingga menyiram jalanan, menyiran segenap perasaan yang merasa diri celaka. Mengapa tak berhenti sejenak dari upacara kehidupan? (senja dan sajak cinta, 2008)

dan saya kembali mempelototi layar komputer nan besar ini. sembari tersenyum kecil. tapi sering. ah, saya menyukai nostalgia ini. yang membedakannya, saya mencermati senja tak lagi dari buku, melainkan dari ruang maya.

juga sukab.

soal asal usul sukab, seno menuliskannya begini:

Nama Sukab pertama kali saya  dengar ketika saya belum pernah menulis cerpen. Seorang kawan menyebut nama itu(dengan ejaan yang lebih terdengar sebagai “sukap”) sebagai salah seorang bengkel teater pimpinan rendra, pada masa pementasan Mastodon dan burung kondor(1974). Saya sendiri tidak pernah merasa melihat, apalagi kenal dengan “sukap” ini, namun bunyi “sukap” terdengar sangat enak ditelinga saya, dan sampai catatan ini ditulis saya masih teringat ekspresi wajah kawan saya itu ketika utnuk pertama kalinya menuliskan nama Sukab, dan memang saya tidak pernah teringat adegan itu lagi kalau menulis cerita. Nama itu suka muncul begitu saja setiap kali saya membayangkan sosok “rakyat”.

ya, saya tahu persis. saya sedang bernostalgia. dengan masa tujuh atau delapan tahun silam. dengan buku-buku. dengan senja. dan tentu saja, dengan sukab.

Tagged: » » »

2008-08-29  »  femi adi soempeno