belimbing dan kenangan dengan ayah
Sunday 21 September 2008 - Filed under cerita bumijo + friends from heaven
jantung saya terasa mau berhenti saat mendapatkan sekeranjang buah dari teman. Belimbing. Ya, belimbing. Bukan belimbing wuluh, tetapi belimbing bintang.
Belimbing selalu mendekatkan saya pada ingatan akan ayah.
Sejak kepindahan kami sekeluarga 20 tahun silam ke Bumijo, ada pohon yang selalu dirawat dengan baik oleh ayah, yaitu belimbing bintang. Pohon ini ada di ‘rumah kecil’, begitu kami biasa menyebut. Pohon ini dulunya kecil, bahkan saya tak pernah mengira akan berbuah manis hingga ayah tutup usia, dua tahun silam.
Ayah rajin merawatnya, memberinya ruang untuk mengokohkan akar. Hingga batangnya mengeras, dedaunan merindang dan membikin pelataran kecil di rumah kecil menjadi teduh. Sesekali, batang pohon belimbing menjadi latar belakang untuk acara potret keluarga.
Belimbing berbuah. Ayah tak pernah sanggup untuk memetiknya sendiri. Dan ayah membikin ‘sengget’ alias bilah bambu panjang dengan pisau di bagian ujung untuk memotong buah belimbing yang matang agar terjatuh dan bisa ditangkap dengan tangan. Selebihnya, ayah juga yang paling rajin memungut belimbing yang berjatuhan, membersihkannya, dan mengiriskannya untuk kami.
Bunga pohon belimbing kecil, dan sangat mengotori pelataran. Dedaunan yang kuning dan mengering usai musim panen belimbing, tak kurangnya membuat ayah bekerja lebih giat agar pelataran tetap terlihat bersih. Dan ayah tak pernah mengeluh.
Belimbing yang ada di tangan saya ini selalu mengingatkan saya pada ayah. Yang setia pada semua tanamannya. Yang mencintai tanamannya. Yang merawat kehidupan untuk semua tetumbuhannya. Termasuk belimbing. Ulat dalam belimbing yang membusuk disingkirkannya agar kami bisa tetap makan buah belimbing dari kebun sendiri. ayah selalu mengiriskan untuk kami.
Ayah pergi, belimbing pun mati. Bulik tidak seperti ayah. Dia benci tanaman. Semua tanaman ayah dimusnahkan, termasuk belimbing.
Semoga ayah tidak marah ya.
2008-09-21 » Femi Adi
12 October 2008 @ 1:28 pm
[...] dengan pekarangan yang ditumbuhi rumput tebal dan semak yang bisa untuk bermain petak umpet. ada pohon belimbing besar di belakang rumah. pohon yang selalu mengingatkan saya pada ayah. juga ada tanaman merambat di [...]
8 November 2008 @ 9:33 am
jadi ingat dengan beberapa pohon rambutan yang tumbuh di depan munggur. ditanam ayah saat hujan gerimis ketika beliau sedang sakit.
damn, tulisanmu kali ini membuatku terlontar ke ingatan masa lalu dan sedikit berkaca-kaca.
dan juga kangen dengan dua pohon mangga yang kekar merindang dan saat ini sedang awoh akeh…
damn, kamu membuatku rindu rumah…