bahkan sampai sekarang, saya belum membalas surat elektroniknya. ya, ya, ya. surat yang muncul lewat serat-serat elektronik sudah lama menggudang di kotak surat saya. aih, sudah lebih dari tiga minggu. tapi saya masih saja membiarkannya. selalu muncul dibenak, “iya, nanti balesemailnya …” toh, itu tidak pernah terjadi. yang ada hanyalah penundaan untuk besok, dan besok. […]
2 comments »
Read the rest
celana jeans saya selalu kembali ke lemari, selalu, tanpa peniti. ah, kemana simbok menyingkirkan peniti saya. enam peniti yang selalu tercantol di bawah pergelangan kaki celana jeans selalu tak pernah muncul. padahal, peniti ini selalu saya butuhkan esok, ketika menggunakan celana jeans ini kembali. peniti. biasanya saya membungkus satu atau dua bundel peniti di kereta […]
3 comments »
Read the rest
bibir mungil itu lincah menyabet ujung botol bir bintang. namanya saka. langsung, ia menopang tubuh botol untuk menggelontorkan bir itu ke kerongkongnya. priit … paling hanya sedikit saja. wah. saya terperanjat. namanya saka. usianya baru setahun, 1 oktober lalu. bapaknya sinting!
2 comments »
Read the rest
saya menarik satu paket perlengkapan sepeda dari kubikel lawas saya. aih, sudah hampir setengah tahun, saya menggudangkan lampu, pompa, tatto, helm, dan sarung tangan ini. saya mundur dari panggung pergowesan di jakarta –meski acara gowesan ini jalan terus. setengah tahun ini, sejumlah perkakas tambahan sudah muncul. hadiah dari teman, hadiah dari sahabat, hadiah dari kerabat. […]
Comments Off »
Read the rest