telepon cinta
Monday 1 December 2008 - Filed under cerita cinta + renanda
01/12 10.11a
01/12 10.13a
01/12 10.18a
gara-garanya adalah tetangga kubikel yang mencuatkan pertanyaan soal berapa nilai yen terhadap rupiah. juga, nilai yen terhadap dolar AS. wah, saya jadi terusik oleh lelaki dengan pjamas kotak-kotak merah. mendadak, saya jadi rindu padanya. mendadak, saya jadi ingin menelponnya.
menelpon. tidak. menelpon. tidak.
persis jam 10.11, saya menelponnya. dan oops, secepat kilat saya mematikan ponsel saya. harusnya saya tak menelponnya. bukankah laki-laki yang senyumnya seringan kapas ini melarang saya menelponnya? yah. saya tak boleh menelponnya.
hanya saja, tetangga kubikel yang satu itu makin heboh saja bertanya tentang yen. cilaka. saya jadi ingin menelponnya kembali.
dan saya menelponnya kembali. persis jam 10.13. tapi, kok tidak dijawab. setelah mendengarkan pesan singkat #$%6gT^75RvfTUGi(*76%$3uyhg&6% dalam bahasa doraemon yang tak saya mengerti, saya meninggalkan pesan suara. itu juga setelah beberapa detik saya meminggirkan keraguan saya untuk meninggalkan jejak buatnya.
“hai, apa kabar? kamu baik-baik aja disana? bagaimana jepang? nggak kena PHK kan? jepang resesi … semoga kamu baik-baik aja. femi, jakarta.” klik. saya matikan, buru-buru.
sesungguhnya kekhawatiran yang terlalu berlebihan. ehm. barangkali, laki-laki yang membawa hangat di pagi hari di bulan januari 2008 ini tak semengerikan yang saya bayangkan. yah, saya mungkin terlalu berlebihan.
jantung saya berdegup dengan kencang. ya Tuhan, ada apa ini.
tak lama, ponsel saya berbunyi, dari +81 XXXXX uwh. kali ini saya tidak keliru!
dan kami berbincang, sebentar. dan saya menyambung dengan menelponnya kembali.
persis pukul 10.18, saya sungguh mulai menikmati kembali gelaknya, tawanya yang renyah, juga cerita yang terbagi sempurna.
kaki yang terbalut kaus kaki warna merah dan biru ini terus berjalan mengitari meja di ruang rapat. kami berbincang, dan bertukar rindu.
sedikit penyesalan, rasa kangen yang menumpuk, dan juga, mimpi yang tak pernah usai.
yah, 36:42 adalah waktu yang berharga, dan sangat membikin hati ini membuncah. saya bahagia meski separo hati saya mengatakan tak seharusnya saya menelponnya.
saya harus berterima kasih pada Si Pemilik Hidup. pagi yang basah di bulan desember, membawa saya kembali kepadanya.
2008-12-01 » Femi Adi
11 December 2008 @ 10:08 am
andai si ojiisan saya itu juga melakukan yang sama ‘sigh’
hontoni aitakute desu ne