si ompong dan serial para jenderal
Thursday 11 June 2009 - Filed under cerita bumijo + isu indonesia + kegemaran + media + weekend escape
“nama saya ompong,” katanya.
ya, ya. saya berbincang dengannya, cukup lama, ia adalah penjual buku di perempatan senen; persisnya di perempatan kwitang. ia menjajakan buku sintong panjaitan dan juga buku prabowo.
rasa penasaran menggiring saya untuk berkeliling di kawasan jakarta pusat, bersama mas arif, ojek langganan saya. dan saya menemukannya. seorang pemuda berusia tanggung, mengusung buku yang –humh– lumayan berat, di perempatan jalan. memamerkannya pada mereka yang tengah mandek. mengguggah rasa penasaran. menadah komisi recehan.
dan kami berbincang di pinggir jalan. seru, menyenangkan.
“buku prabowo ini harganya Rp 88.000. boleh dibuka. asli. boleh disobek saja plastiknya kalau enggak percaya,” katanya, meyakinkan.
mulus. sampulnya kinclong, dengan tampilan yang nyaris sempurna. bahkan, jika membuka dan ternyata rusak, ompong telah menyiapkan lem untuk menambalnya.
jika ompong menyatakan bahwa buku itu asli, mengapa masih membutuhkan lem untuk menambal kerusakan yang kemungkinan terjadi jika buku itu dibuka segelnya. dan, jika buku itu asli, mengapa harganya dua kali lipat harga aslinya.
setengah memancing, padanya saya bilang, sudah lama saya cari buku ini, sayangnya sering kehabisan di gramedia. “owh, penulis buku ini memang bagus. bukunya laris. saya juga sering mengontrol ke gramedia,” tegasnya.
gosh. saya tak menyangka, penjual buku kelas kaki lima pun membandingkan penjualan dengan toko buku berjaringan nasional. lebih dari itu, penjual buku juga mengecek persediaan buku dagangannya di gramedia.
“buku ini berseri, mbak,” katanya, sembari menunjukkan dua buku sintong dan prabowo. “prabowo menulis buku ini, lalu karena dia komentar tentang sintong, sintong marah. makanya sintong bikin buku, mbak. nah, nanti ada lagi seri ketiganya. judulnya kalau enggak salah ‘rahasia para jenderal’. yang nulis … mmm … kalau nggak salah yang bikin buku prabowo ini. mbak besok kemari deh, saya bawain!” celotehnya.
ow. tiga buku dengan tiga penulis berbeda dan penerbit yang berbeda, ompong ini menyebutnya ‘berseri’.
“buku ini laris banget mbak, besok yang satunya pasti laris juga,” ramalnya.
ompong ogah membuka kartu dimana buku itu berasal. juga, mengapa harganya berlipat ganda menjadi Rp 88.000 per buku. tapi, ompong pun membisiki, “jangan bilang siapa-siapa ya, saya ambilnya pakai sistem komisi, saya ambil Rp 40.000 dari teman saya. mbak boleh beli dengan harga diatasnya,” katanya. ia mengimbuhkan, kalau memang mau tahu cabang si penerbit buku di jakarta, bisa menanyakan langsung pada penerbit yang dijogja. *sambil menunjuk alamat penerbit galangpress*
sesudah menceloteh, saya pun meminta si ompong berfoto dengan saya. klik!
(saya bersyukur, ada begitu banyak kebaikan dari orang-orang sekitar yang menyelimuti saya. termasuk kalian. terima kasih.)
2009-06-11 » Femi Adi
11 June 2009 @ 7:39 pm
Ngebaca tulisan ini jadi inget buku yang saya beli di Gramedia… Jurnalisme Sastrawi suntingan Andreas Harsono n Budi Setiyono, buku yang saya suka.
hehehe … kalo yang ini jurnalisme tanpa pakem, mas. maklum, blogging.