ws rendra: hidup hanyalah prolog menuju tuhan
Friday 7 August 2009 - Filed under tokoh
Suatu hari nanti,
Semua akan sampai pada kematian
Hidup hanyalah prolog menuju Tuhan….
(~musikalisasi puisi Balada Penyaliban karya ws rendra, jogja, 26 April 2007
hati saya tersentak saat @kelakuan mengabarkan melalui twitter: ws rendra si burung merak meninggal.
ow ow ow …
Si Empunya Hidup telah menyapanya; meski kegelapan tetap menjadi pilihan untuk mengekspresikan suasana menjelang akhir kehidupan. kostum serba hitam. isak tangis. keharusan untuk mengikhlaskan. hening. semuanya mendekatkan kita pada perayaan yang jauh dari sirak-sorai dan keriuhan. nyaris tak ada kebahagiaan.
rendra. rendra.
banyak orang mengaguminya karena sajak-sajaknya. liar; menggoda; menghentak; menghardik.
tapi orang hanya mengingat sajaknya dan memuji kebersarannya; sementara lupa, bahwa ada ‘sesuatu’ yang membentuknya.
ya, rendra pernah ingin menjadi tentara; dengan masuk AMN (AKABRI). tapi tak mungkin, ia hanya boleh masuk di SMA jurusan budaya. malah, ia menjalankan nayuh sembilan hari, menyepi di gunung kapur dekat Sendang Sriningsih, Klaten, Jawa Tengah. ia hanya makan tujuh kepal nasi putih dan garam, atau terasi bakar, atau bawang, sekali satu hari setiap
tengah malam. hanya saja, tak satu pun jawaban didapatnya.
hingga ia melihat api dari kejauhan; yang saat didatangi adalah orang yang tengah membakar arang. rendra pun bertanya, seandainya bebas memilih, apa yang diinginkan orang itu. tanpa disangka, jawaban orang itu adalah: ingin menjadi tukang arang yang paling baik.
beberan cerita tentang jakarta dan semarang tak menggoda tukang arang itu. saat rendra melontarkan pertanyaan yang sama, jawabannya pun tetap sama: ingin menjadi tukang arang yang paling baik.
ow. menjadi yang paling baik.
kearifan itu yang diserap oleh rendra. kenyataan yang ditemuinya dari tukang arang yang ingin menjadi tukang arang yang paling baik; dan ini sungguh sangat berarti bagi rendra, dan membekas sampai tua.ia melihat, tukang arang itu komplit hidupnya dengan menjadi tukang arang yang paling baik. pun, rendra berpikir, ia merasa komplit jika bisa berekspresi dengan bebas, jujur pada keseimbangan, dan memenuhi harmoni. dan terjadi kalau ia menulis sajak.
Kupanggil kamu, kekasihku
kubutuhkan kamu di meja makanku
duduk di sisi dukaku
membelai luka-luka dalam jiwa
~Kupanggil Kamu Kekasihku dari Kumpulan Puisi: Disebabkan oleh Angin, 1993
2009-08-07 » Femi Adi