“tolong ingatkan saya …”
Friday 16 October 2009 - Filed under friends from heaven + kubikel + media
Kesedihan menguar; matanya sembap.
“Hai fem …” Katanya. Saya menjabatnya; hangat.
Pemimpin pabrik ini sudah memutuskan pergi; memindahkan segenap semangat dan karyanya di pabrik yang baru. Bukan memproduksi kata-kata, tetapi citra, beberan penjelasan, dan juga menggudangkan bongkahan rahasia negara.
Dan kami berpesta. Bukan untuk melambaikan tangan tanda perpisahan, namun menjabat hangat tangannya dan memeluknya erat. Bahwa kami akan baik-baik saja tanpanya. Bahwa dia juga melenggang dengan leganya.
” … Semuanya karena curiousity itu …” Katanya.
Istrinya mengijinkannya. Barangkali, katanya, istrinya sudah menahan begitu lamanya untuk situasi-yang-melelahkan-ala-pabrik-katakata ini. Pulang selalu larut, hari libur yang tak menentu, dan sulitnya menyisihkan waktu untuk keluarga.
Juga, si empunya pabrik juga mengijinkannya. Ini adalah kesempatan untuk masuk ke lingkaran dalam, katanya, menirukan ujaran si empunya pabrik.
Dan koleganya di ruangan sejenis, yaitu wakil pemimpin pabrik, juga tak memberatinya. Katanya, itu kariernya, jadi ya terserah saja.
“Jadi yah … Saya minta, tolong ingatkan saya …” Katanya, dengan butiran bening yang menetes dari sudut mata, sembari menahan isak di tenggorokan.
Langkahnya bisa saja tersandung. Khilaf. Langkahnya bisa saja terjungkal. Lalai.
Andum slamet, pak pemimpin pabrik. Andum slamet.
image courtesy: muradi via fb
2009-10-16 » Femi Adi