menikmati hidup, mensyukuri hidup
Saturday 17 July 2010 - Filed under cerita cidodol residence + ragam cuatan
awalnya saya memilih untuk diam saja.
punggung yang meletih usai menguarkan keriangan seharian bersama esti membikin saya ingin diam, dan menikmati perjalanan ke cidodol residence dengan taksi blue bird. saya cermati, si pengemudi juga diam saja. jadi, ya ok lah!
tapi pilihannya untuk menyeberang rel tanpa ada order dari saya membikin saya gatal untuk bertanya, “ini pool mana mas?” kodenya NM, dan dia menjawab bahwa taksi itu pool nya ada di Cakung. ow! pool cakung dan tahu jalan tikus di bilangan kebayoran lama! saat saya selidiki ke-tahu-annya soal jalan ini, dia hanya bilang, “ya tahu mbak …”
kegatalan lain muncul, saya pun bertanya lagi, “sudah berapa lama di blue bird?” nyatanya, baru setahun. ow! pool cakung, tahu jalan tikus, dan jadi pengemudi taksi baru setahun. dahswat!
maka ada pertanyaan lanjutan, “sebelum di blue bird?”
jawabannya singkat, dan sempat membikin saya tergelak sejenak. “pengusaha …”
oouch!
namanya yusuf. saya taksir usianya sekitar 30-an. masih muda. gaya bicaranya lugas, dan penuh dengan ke-legowo-an. aksen bicaranya tidak biasa; sebagai efek dari bibir yang sumbing. hanya saja, pengucapannya masih normal. dus, masih bisa saya tangkap secara jelas pembicaraannya.
bisnis yang dijalaninya adalah outdoor advertising. memburu titik, memasang billboard. ya, mengingat (alm) pak soegeng di jogja yang bergerak di bidang yang sama, saya tahu ini bukan pekerjaan yang dengan mudah menjadi sukses dalam hitungan hari. “saya merintisnya dari nol, sejak tahun 1998,” katanya.
sebagai subkontraktor dari koleganya sendiri, ia memodali gelindingan bisnis koleganya. kliennya beragam, termasuk operator ponsel. “saya ditipu Rp 1,2 miliar. uang itu dimakan teman saya sendiri. saya modalin, dan uang engga dibayarin ke saya,” katanya.
mobil dan hunian di bilangan kemanggisan miliknya habis. “saya dulu sukses, lalu sekarang jatuh. Suksesnya hampir 10 tahun, dan jatuhnya baru 3 tahun. hidup begini, ya tetap harus disyukuri mbak, hidup tetap harus dinikmati,” katanya. kini keluarganya tinggal di bilangan pasar kemis, sementara ia pulang saban 4 hari sekali saat taksinya tak menggelinding di jalanan.
“saya stress. sudah mau bunuh diri waktu itu. kalau engga ingat anak istri, saya sudah lewat,” bebernya. SIM-nya pun digunakan untuk melajukan taksi berlogo burung terbang berwarna biru itu.
padanya saya bilang, Si Empunya Hidup engga tidur. dus, langkah yang dia ambil saat ini sebagai pengemudi taksi semoga merupakan usaha untuk mebggeliatkan kembali semangat hidupnya; terutama buat keluarganya. “iya mbak, awalnya saya berpikir mau bunuh diri saja. tapi setelah dipikir-pikir lagi, ini hanya ujian saja. Allah mentakdirkan jalan hidup harus begini. apalagi, engga ada kan mbak orang yang mau hidup susah,” katanya.
ya, engga ada yang mau hidup susah memang. kebahagiaan, keriangan, kelegaan, adalah titik-yang-tak-pernah-selesai yang menjadi pengejaran manusia, siapapun itu. “hidup saya begini, ya saya syukuri saja mbak. ini namanya lika-liku kehidupan,” bebernya.
saya tercenung. ini perjumpaan yang cukup berharga buat saya. beberan ceritanya mengajarkan saya tentang perputaran roda kehidupan, sekaligus penerimaan yang luar biasa atas hidup yang sudah digariskan oleh Si Empunya Hidup. mau menawar? jelas engga bisa.
“jam segini kok udah pulang sih mbak … sabtu kan malam panjang …” katanya, usai saya mengulurkan pecahan rupiah untuknya. hayah … malam minggu ini jatahnya minum segelas cokelat panas, blogging dan menenggelamkan tubuh diantara bantal-bantal empuk di ranjang besar. juga, untuk meresapi tentang hidup yang harus disyukuri dan dinikmati.
2010-07-17 » Femi Adi