Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

a key to my life

Friday 10 September 2010 - Filed under cerita cinta + renanda

come in, please ...

siang tadi, saya membungkus sepasang gantungan kunci kayu dengan tulisan yang sangat simpel: a key to my life.  usai membayarnya, saya memasangkan satu dari dua gantungan kunci itu pada gepokan kunci-kunci saya.

gepokan kunci itu selalu mengingatkan saya pada bruder anjar, kepala asrama di van lith, lebih dari satu dekade silam. gepokan kunci itu bukan hanya sekumpulan kunci-kunci asrama saja, tetapi juga berfungsi untuk membangunkan anak-anak asrama laki-laki saban pagi.

well, ini bukan tentang bruder anjar maupun gepokan kuncinya yang sadis itu. ini hanya tentang gantungan kunci kayu simpel yang bertuliskan: a key to my life.

nyatanya, ‘my life’ tak sesimpel gantungan kunci kayu itu. karena, begitu sebuah kunci utama memutar pada induk kunci di pintu utama rumah saya, kehidupan yang complicated akan menjadi ucapan selamat datang.

saat satu kunci ruangan diputar, disana akan terbeber sebuah buncah rindu yang saya bungkuskan untuk ayah dan ibu saya, juga untuk lelaki dengan pjamas kotak-kotak merah. saya rindu dengan keruwetan ibu yang berbelanja ini-itu dalam perjalanan pulang dari kantor ke rumah. juga, saya rindu dengan rasa tergesa-gesa menanti jumat, dan berlari kecil ke rumah menuju ayah. dan saya rindu lelaki dengan pjamas kotak-kotak merah itu dari balik webcam mungilnya.

saat satu kunci ruangan lain diputar, ada isak tangis yang menggudang. tentang waktu yang terbuang sia-sia untuk harap yang tak juga terwujud, untuk mimpi yang tak berakhir. secuil penyesalan berada di sudut ruanggan, memamerkan kebrutalan atas ucap yang tertahan di ujung lidah karena tak mampu mengatakan: aku sayang kamu.

saat satu kunci ruangan lain diputar, ada hentak semangat yang tak tergerus oleh putaran jarum jam yang ke kanan dan terus ke kanan. dan ini adalah yang orang-orang sebut sebagai ‘jam terbang yang tak terbeli’ itu.

tapi rasanya adem ada di ruang tengah di rumah saya ini. ada ucap syukur yang tak ada hentinya atas kehidupan yang terlihat complicated ini. ya, saya tidak menyesalinya. rasanya seperti berenang di tengah pelangi yang menggurat usai senja yang membasah.

dan saya menggenggam satu gantungan kunci lain dengan desain yang sama: a key to my life. masih utuh. itu adalah milik lelaki dengan pjamas kotak-kotak merah itu. ya, gantungan kunci kayu itu untuknya.

2010-09-10  »  Femi Adi