Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

bakpao babi acang; d/h Lim Thiam Kie

Thursday 2 December 2010 - Filed under friends from heaven + kegemaran + kuliner

because of bakpao!

serunya meniatkan diri untuk mampir di warung bakpao acang di kawasan jati baru, tenabang.

yay, sudah lama sekali saya ingin mampir; tapi selalu kalah oleh hal lain. takut keburu hujan. khawatir keburu macet. susah belok. engga bisa berhenti.

“permisi, buka? mau cari bakpao babi, ada?” kata saya, straight forward, begitu melihat bapak-bapak yang tengah kongko di dalam restoran jadul itu.

ruangan di restoran itu seperti tak terawat. lengang. beberapa kursi bertumpukan rapi di atas meja. lampu meredup, dan tak cukup membikin ruangan terlihat terang. dan saya menemukan bapak-bapak itu duduk di tangga, persis di sebelah kanan pintu masuk, tengah berbincang sambil menyedot rokok.

benak saya sudah membayangkan bakpao putih nan mulus, hangat, dan isinya bukan kacang, melainkan babi. sedep. dan saya sudah mulai menadah iler saya sejak saya membaca tulisan asnil bambani amri, kolega saya, tentang fun pao, saudara mudanya bakpao.

saya ingin membekal untuk nonton harry potter. nonton film sembari nyemil popcorn iu biasa. namun, menjadi luar biasa bila nonton dengan mencuil dua bakpao babi. berukuran besar. mulus. putih. hangat. duh …

saya membungkus empat, dua untuk saya, dan dua lagi untuk ucrit, kolega saya.

humh.

sebelum bernama acang, bakpao yang sudah ada sejak tahun 1943 ini dulunya bernama lim thiam kie. saya berusaha mencari jejak sejarah bakpao ini melalui google, tetapi nihil. yang ada, hanya keterangan bahwa bakpao ini sudah tidak ada lagi. tega tega tega.

“babi? yang kacang juga ada …” kata bapak yang jual.

dengan semangat, saya menegaskan lagi, “babi!”

begitu dandang dibuka, isinya adalah tatanan bakpao yang putih mulus; dengan corak kerut yang membedakan isinya. bersama dengan bakpao isi babi itu, berdampingan dengan akur bakpao isi telor asin. ah, tidak. hati saya sudah teteg, bakpao isi babi.

hangat. kepulan asap tipis itu menandakan bahwa bakpao ini tengah dihangatkan diatas perapian kecil. ya. bukankah bakpao lebih enak disantap hangat?

yang membikin saya terkejut adalah bungkusnya. ya, bungkus bakpao itu bukanlah kertas koran atau kertas bekas hvs; melainkan kertas cokelat yang jamak saya gunakan untuk menyampul buku tulis saat sekolah dasar dulu. oh my goodness!

kertas itu jelas menyerap minyak maupun air; dan tidak meninggalkan bekas tinta di makanan yang mewadah di dalamnya. bersih. dus, ini sehat buat pencernaan saya! terimakasih, pak lim!

kantong saya hanya robek Rp 6.000 per bakpao. buru-buru saya naik metromini 640. tak sabar untuk segera tiba di djakarta theatre di bilangan sarinah.

“aaaah … bakpao babiiiiii …” kata ucrit, jatuh cinta.

saat tubuh ini menghenyak ke kursi, saya bergegas mencuil makanan putih nan mulus itu. tekstur yang agak kasar membikin kerongkongan menjadi sedikit seret. well. layaknya kehidupan, tak semuanya selalu mulus kan? :p nyatanya, kekasaran maupun keseretan terobati saat gigitan ini mendapati daging babi diantara sekepal pao putih itu.

daging babinya mengkel. daging babinya sekel.

saya pun mencipratkan saos sambal untuk diadukan dengan gurihnya daging babi yang membongkah di tengah itu.

yaps. dan dua bakpao babi jatah saya itu sudah habis sebelum harry potter berlaga. dem. *menyesal, kenapa engga beli 4!*

2010-12-02  »  Femi Adi