bike trip: tangkuban perahu, wangi hutan pinus dan hujan romantis
Sunday 9 October 2011 - Filed under friends from heaven + isu indonesia + kegemaran + kuliner + pit-pitan + plesiran
terimakasih untuk abang yang menebalkan portfolio bersepeda saya di jalur yang tak biasa: tangkuban perahu.
setelah jogja-borobudur yang membikin saya mandek di tanjakan juminten, dan niteride di cibubur-cibinong, saya kembali ikut gowes dengan abang dan koleganya.
saya tak pernah tahu medan di kawasan ini. tapi saya bersyukur, ketidaktahuan ini justru membikin nyali saya tidak ciut. dus, saya mengiyakan saja tawaran abang. “ga usah dibayangin track-nya. liat besok aja. pokoknya asik dah,” katanya, sesaat sebelum kami berangkat ke bandung.
ya, sepertinya itu lebih baik. jauh lebih baik.
hanya tiga dari kami yang perempuan, termasuk saya. sementara yang lainnya adalah laki-laki dengan jam terbang yang sudah mencapai level FSA alias full speed ahead. owh, dem. dan dari ketiga perempuan ini, tentu saja hanya saya yang selalu ada di barisan paling belakang, dan paling sering dibantu marshall.
wangi hutan pinus. teman-teman baru. gelak tawa.
adakah yang lebih asik ketimbang itu? saya rasa tidak ada.
kelengkapan perkakas bersepeda seperti bodi protektor yang dipakai pegowes, sempat membikin saya jiper. wah, saya engga pake. saya hanya komat-kamit, ya, cuma doa saja yang akan menopang siku, lutut, kaki, tangan dan tubuh agar tidak lecet-yang-berlebihan. huwashawusblahblahblah, terjadilah padaku menurut kehendakMU, amin-amin-amin.
lagu yang diperdengarkan dari blackberry, seperti kata abang, membuat gowesan kami terasa seperti naik odong-odong. haduh. di sela itu, saya bersyukur, ada begitu banyak orang baik yang berbagi teknik bagaimana bersepeda dengan tepat: bagaimana mengendalikan sepeda di turunan, bagaimana menggowes di tanjakan, bagaimana menyelinap diantara akar-akar pohon dan juga batang-batang pohon yang berusia puluhan, bahkan ratusan tahun. aih.
“trek … trek … trek …” begitu teriak om heru, saat saya menggowes di depannya. haduh, sial. saya langsung menepi, dan kapok berada di depannya. cilaka kalau menghadapi pegowes-tangguh-berusia-diatas-limapuluh. tak cuma diajari, saya juga dikerjai.
sekitar 98% tanjakan yang saya lalui, saya memilih untuk menuntun sepeda saya. kalau mas rufus bilang, “saya engga cocok di tanjakan …” oops. ‘engga cocok’ itu sebenernya dibaca ‘engga mampu’, dalam istilah yang lebih cool. baiklah. saya pun mengiyakan, dengan anggukan yang begitu mantapnya.
hujan membikin hutan di tangkuban perahu terasa lebih romantis. **uhuy** wangi tanah dan hutan terasa lebih tajam, dan gelap terasa lebih menyandera. **ehm**
kecelakaan terjadi saat medekati jayagiri. sayang, saya tak menjadi saksi matanya. pak darjoto terpeleset saat menggelinding di turunan di tanah yang basah. ah, saya yakin, kecelakaan ini tak akan menyurutkan niat dan nyalinya untuk bersepeda, setelah enam sepeda plus satu double cab dia bungkus untuk memuaskan rasa penasarannya. **semoga lekas sembuh**
terimakasih untuk dua marshall dari tangkuban perahu, yang menyurung sepeda dan menemani saya di garis paling belakang. juga, terimakasih untuk mas erry yang menantang, “di bali, ikut kan?”
ya, saya pasti ikut. saya akan ikut di bike trip selanjutnya, di bali.
terimakasih untuk om ijay, yang sudah memberikan tumpangan pp jakarta-bandung-jakarta dan menginspirasi saya mengangkut 100 ml spray ethylchloride untuk kram saat menggowes. sudah pasti, terimakasih untuk abang yang mengajak saya ke tangkuban perahu, dan rekaman tertulisnya untuk fun-trip ini.
sampai ri
2011-10-09 » Femi Adi