energi cinta itu bernama ‘perselingkuhan’
Monday 7 November 2011 - Filed under cerita cinta + friends from heaven + isu indonesia
Saya menyimak ceritanya, mendengarkan dengan penuh ketakjuban.
Sesekali matanya mengedip lebih cepat dari biasanya, dan dahinya sebentar mengerut. Kadang, matanya memandang ke atas, seorah mencoba mencari rangkaian cerita yang menyerak di benaknya. Tangannya menari, mengibas kesana-dan-kemari, menggambarkan si anu yang anu, dan juga si anu yang anu.
Dia bercerita soal perselingkuhannya. Well, dia memang tidak menyebut itu sebagai ‘perselingkuhan’, tapi dia juga tak menamainya. Pelarian? Tidak juga. Having fun? Tidak juga. “Ada rasa yang berbeda saat aku dekat dengannya …” Ah, whatever you name it!
Ia adalah seorang perempuan, bersuami dan beranak satu. Saya mengenalnya saat usia kami mengancik remja. Ia berjejalin dengan seorang laki-laki teman sepermainan di usia remajanya, yang saya juga mengenalnya dengan sangat baik. Layaknya sinetron, sarat dengan kepasrahan, energi pertengkaran, kegemasan yang amat sangat, rasa-ingin-memiliki, dan juga penolakan-akan-sebutan-’berselingkuh’.
“Entah, rasa cinta pada suamiku hilang begitu saja. Tanpa sebab-musabab, tanpa akar pertengkaran. Ya, hilang begitu saja!” katanya. Sial, kalimat yang sebenarnya saya tunggu itu mendadak muncul dari bibirnya. Padanya, saya balik bertanya: bisa ya cinta hilang begitu saja?
Dia pun membincang tentang cinta. Saya menyimaknya.
Dan dia juga membincang tentang kekasih barunya. Ehm. Ya, lelaki dari masa lalunya yang hingga dia menikah dengan laki-laki lain pun, masih ditunggunya untuk dinikahinya. Rasanya perut ini mendadak penuh dengan kupu-kupu di dalamnya. Pertanyaan usil saya pun terlontar: jadi kamu selingkuh dengannya?
Dia membantahnya, dan terus membantahnya. Aneh. Padahal laki-laki itu sudah memutuskan hubungan dengan pacarnya, untuk perempuan beranak satu ini.
Saya terus mendengarkan penjelasannya. Dan saya semakin tidak mengerti energi cinta yang dia punya.
2011-11-07 » Femi Adi