Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

medika permata hijau, owh, shoot!

Saturday 13 September 2008 - Filed under friends from heaven + ragam cuatan

Pertolongan pertama yang paling dekat dari tempat saya tinggal dan berkantor di bilangan Slipi-Kebayoran Lama adalah rumah sakit Medika Permata Hijau (MPH).

Panas tinggi dan keringat dingin tak menentu selama tiga malam, menyurung saya untuk memeriksakan darah di laboratorium MPH. Demam berdarah dan tipes. Juga, sekalian beberapa cek yang lain seperti gula darah sewaktu, kolesterol, SGPT SGOT. Hasilnya, semua normal. Bahkan demam berdarah dan tipes nya negatif.

Tapi, kedinginan dengan panas tinggi pada pukul 14.00 di Jakarta adalah tidak wajar. Saya menyambangi kembali MPH dan bertemu dengan seorang internis. Saya membawa serta hasil laborat yang baru saya ambil dua jam sebelumnya.

Perbincangan dimulai. Nyatanya, keluhan saya diabaikan. Sebaliknya, si internis justru berceloteh tentang lakunya koran yang kami produksi dan ekonomi yang menyesakkan di negeri ini. ujung-ujungnya, si internis ini bilang, sembari melihat hasil laborat saya, “Kamu pasti demam berdarah itu. muka kamu saja sudah merah begitu. Pelan-pelan, nanti trombositnya pasti akan turun dan haemoglobinnya pasti juga akan drop. Rawat inap ya, langsung masuk …”

Owh, shoot.

Kebetulan, keesokan paginya, masih ada urusan penting yang harus saya bereskan. “Kasih saja saya pengantar rawat inap dan obat, tapi saya tidak bisa masuk sekarang,” jawab saya. I need second opinion. Bagaimana mungkin hasil lab yang negatif untuk demam berdarah, tapi si internis sudah memastikan saya demam berdarah. Apalagi, si internis tak memperhatikan keluhan saya.

Dan saya pulang dengan sejuta sumpah serapah dan tanda tanya di benak tentang rumah sakit MPH ini.

Esoknya, saya kembali cek darah di rumah sakit Panti Rapih di Jogja. Hasilnya, saya positif tipes dengan hasil cek imuno 6 alias indikasi kuat infeksi typhoid aktif.

2008-09-13  »  Femi Adi