gurita cikeas, gurita century
Wednesday 30 December 2009 - Filed under asupan gizi + isu indonesia + media + tokoh
klik!
saya menutup telepon saya. mengakhiri perbincangan dengan julius felicianus. ia tampak begitu tegar dengan tudingan yang mau tak mau menyeret namanya sebagai direktur dari penerbit galangpress; penerbit yang merilis buku membongkar gurita cikeas yang ditulis oleh george aditjondro. “ya, semuanya akan baik-baik aja,” katanya.
kami berbincang cukup lama. tentang gurita cikeas yang menggelisahkan presiden. tentang tudingan fitnah oleh presiden. tentang ulah ramadhan pohan di cafe doekoen yang (kemungkinan) adalah suruhan presiden. olala … pak presiden…
nyatanya, banyak yang mendukung julius untuk terus tegak dan tetap mendistribusikan si gurita. soal intimidasi dan surungan kanan-kiri, itu mah biasa. ya, itu adalah bonus akhir tahun.
saya dan julius juga berbincang tentang kegelisahannya. tentang kebebasan yang sudah mulai tercubit sejak presiden menurunkan menjulurkan liukan guritanya; untuk sebentar menampar julius. tentang kepercayaan dan ketidakpercayaan yang harus mulai dijalinnya lagi dengan orang-orang disekitarnya.
tegar. tidak ada rasa nyeri yang muncul dari setiap cuatannya. teguh. ya, julius seperti itu yang saya kenal tiga tahun terakhir ini.
julius tahu apa yang ia rilis. dan ia juga tahu apa yang ia surungkan untuk pembaca di negeri ini. membongkar gurita cikeas hanya bagian kecil dari cerita centurygate. hanya bumbu. hanya warna. hanya pewangi.
layaknya juru warta yang merilis cerita-cerita centurygate pada saat yang tepat, begitu juga penerbit yang melempar membongkar gurita cikeas. ada peg, ada pasak berita, ada momen. karena disitulah nilai sebuah berita.
UPDATE:
“memangnya george aditjondro mukul ramadhan pohan ya?” tanya saya, pada kolega saya.
dan ia membeberkan peristiwa yang lantas ramai dibicarakan di twitter, situs berita maupun facebook.
sosok ramadhan pohan datang tiba-tiba. tanpa undangan. tanpa ucapan selamat siang. datang, duduk dan membincang riuh (baca: merecoki) acara yang digelar di doekoen cafe.
buku dengan isi lembaran-lembaran makalah pun disurungkan george. dan saat itulah kertas terlempar ke muka ramadhan pohan. sontak, ramadhan mengaduh, lalu lari keluar; “saya dipukul!”
sementara itu diluar sejumlah demonstran bayaran meramaikan pelataran. “mereka dari bogor,” kata kolega saya.
ow ow ow … begini cara ramadhan (baca: partai demokrat) memaknai demokrasi.
saya mendehem. dan terdiam.
2009-12-30 » Femi Adi