telepon cinta datang, semu merah menjelang
Tuesday 13 July 2010 - Filed under cerita cinta + renanda
keriaan saya tak pernah berubah saban menangkap kembali suaranya di kuping saya.
ya, saya selalu ceria menyambutnya. tak ada amarah. tak ada sebal. tak ada benci. tak ada kesal. tak ada amuk. yang ada: semu merah di pipi dan rasa-tak-ingin-berhenti-tersenyum.
meski padanya, saya bilang saya tengah dihantui oleh musim merah jambu. “aku engga marah. ga apa-apa. aku seneng kalau kamu seneng,” katanya. barangkali setengah senang, dan sisanya getir.
ah, tapi saya tahu ujarannya sangat tulus, seperti yang sudah-sudah. tahu kenapa? karena kami tahu persis kami tak bisa bergerak. maju mundur, tetap saja kami tak akan beranjak.
“tapi jatahku jangan diberikan semua … masih ada buatku kan?” selorohnya, bercanda. dan kami menggelak. ouw, warna gelak ini masih sama. menggombal. mengumbar. menguar.
tak ingin kalah, saya pun berujar, “utuh, 100% bergaransi …”
pembicaraan kami selalu saja begini. dan saya sangat mensyukurinya. tidak pernah ada command maupun tanda seru diantara cuatan kami. selalu penuh dengan kelegaan dan kehangatan.
dan saya selalu menyadarinya belakangan: saya selalu bertingkah bak anak kecil saban menerima telepon cinta. duduk manis, sembari mengangkat dua kaki, memiringkan kepala dan penuh tawa girang.
ps: i love you.
2010-07-13 » Femi Adi