mencuil sore di mareschstrasse
Sunday 29 July 2007 - Filed under asupan gizi + friends from heaven + plesiran
saya bertemu dengan laki-laki yang saya catat sebagai petronas memoirs itu.
dingin menggigit tulang saya. di tengah keramaian city markt edeka, saya langsung membuang belanjaan saya ke wadah yang tidak semestinya. corned beef. cokelat. pasta. sosis. roti. ada yang memanggil saya. iya, ada yang memanggil saya dari kejauhan. dia, laki-laki dengan sapa hangat itu. carsten.
“ya, saya akan datang. 15 menit lagi saya akan berangkat. tapi saya harus sambung kereta 2 kali dari friedrichstrasse ini ya!”kata saya, tanpa bisa menghitung berapa lama saya akan tiba di depan pintu apartemennya.
angin membuai kencang wajah saya. di dalam kereta, tetap saja dingin. dan, saya lapar. burger king yang saya bungkus menggoda saya untuk mencuilnya sedikit. tapi … tidak ah. saya akan makan dengan carsten. saya sudah membungkus dua porsi ukuran XXL untuk kami berdua.
“saya sudah di pintu keluar. arahnya kemana ya? ada taman di bagian tengah jalanan …” kata saya, setiba di sonnenalle.
saya mencari mareschstrasse. lurus terus hingga jalan habis, dan belok kiri. dan ketemu!
saya memencet bel. teeeet …
otomatis pintu apartemen bagian depan terbuka. jeplaaaakgedubrakjedor …
di lantai dua, kami bertemu. hangat. tertawa sepanjang waktu. soal menjadi bhiksu. soal lelaki muda thai yang fenomenal. soal perempuan thai yang dicintainya. soal keinginan kembali ke berlin. soal ayah. soal rencana hidup. soal kepolisian jerman. soal bekerja tanpa seragam. soal karaoke.
hingga matahari habis.
hingga satu porsi burger habis.
meski rasa kangen dan ingin bercerita ini belum habis, saya harus pulang. “kapan kesini lagi? atau, kita ketemu di thailand, dan bali?” tanyanya.
semoga.
peluk. peluk. peluk. kami berpelukan hangat. semoga ini bukan perjumpaan terakhir. masih ada desember dan januari di thailand atau bali. atau, masih ada 2008 di berlin.
diluar masih dingin. sedingin hati saya.
2007-07-29 » femi adi soempeno