Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

pak, kue pak?

Thursday 8 November 2007 - Filed under kubikel + kuliner

“Pak, kue pak …?”

hampir setiap hari, penjual kue datang ke lantai redaksi di pabrik kata-kata saya. lantaran gaya menawarnya sama setiap hari, kami memainggilnya dengan sebutan ‘pak-kue-pak. menyambangi setiap kubikel yang sedang dihuni oleh pemiliknya, ia kemudian memberi iming-iming tambahan. “komplit lho …” padahal, senyatanya nggak melulu komplit. dus, komplitnya hari ini dengan lusa mah sama saja, pasti si-pak-kue-pak itu akan mengatakannya sebagai komplit.

ada susu kedelai. onde-onde. keripik padang pedas. lemper. semar mendem. roti. siomay. dan masih banyak lagi katogori jajan pasar yang diangkut oleh pak-kue-pak ini. pagi ini saya ambil sekotak kue isinya 2 roti pisang. “roti apa ini pak?” tanya saya. dia menjawab sederhana, “kartika sari …”

huwks. kartika sari dari hongkong? hahahahaha …

ya, memang mirip molen yang biasa diangkut dari kartika sari, bandung. tapi yang ini agak lain. gulanya cukup banyak. basah. teksturnya agak kasar. potongan pisangnya gede banget. ongkos kenikmatan kartika sari dari hongkong ini cukup Rp 2000 saja. sedap!

tapi sosok pak-kue-pak ini memang ulet banget. empat tahun silam, saat saya mulai bekerja di pabrik kata-kata di sini saya mendapati dia mengayuh sepeda dengan kotak makanan besar di boncengannya. datang dengan berpeluh, dan mengharapkan bisa ngadem sebentar di pabrik ini. dia terus mengayuh. dan kian mengayuh. recehan laba dari hasil menjual jajanan pasar yang ia angkut pasar pagi senen nyatanya mampu untuk membeli satu unit kendaraan suzuki shogun lawas.

ini adalah modalnya untuk bisa lebih cepat datang ke kantor. mencoba menghabiskan puluhan kue yang ada di kotaknya. bahan bakar naik tak membuatnya gentar. ia terus berjualan. laba digemukkan sedikit. seperti siang ini, dia datang ke kantor dan menyambangi lagi sembari bilang, “Pak, kue pak?”

Tagged: » »

2007-11-08  »  Femi Adi

Talkback x 9

  1. STR
    8 November 2007 @ 9:57 am

    entrepreneurship?? :grin:

  2. khuclukz
    8 November 2007 @ 10:29 am

    kue.. kue..
    kok jadi penjual kue… yakz!

    lam kenal!!

  3. mantan buruh pabrik itu
    8 November 2007 @ 1:45 pm

    Masih ada susu kedelainya gak?

  4. munggur
    10 November 2007 @ 7:55 pm

    kuenya jeng, bebas kalori, rendah lemak, komplit dengan kulit pisang dan plastiknya…

    salut akan perjuangannya…

    eniwei, kartika sari kan ga harus yang bentuknya bagus. yang penting banyak yang nyari.

    eits hati2, kata sebuah media, obesitas mulai dari kubikel kantor.

    *komen ini dimoderasi ga ya?? hahaha*

  5. mbahatemo
    12 November 2007 @ 4:41 am

    nek thiwul ono ora nduk?

  6. kancutmerah
    12 November 2007 @ 9:18 am

    #munggur
    cangkemnya itu lho. hhihi … awas kalo besok pulang minta traktir!

  7. RIA
    17 November 2007 @ 5:17 am

    jadi kangen ama pak kue…di gama nggak ada,fem…
    tanyain dunks,anak cewek nya ud masuk TK apa malah ud smp y?

  8. Petrus Suratno
    21 November 2007 @ 5:23 am

    wah jangan – jangan kuwi mas Dul kue sing sering ke kantorku juga mbak, salam yo mbak aku paling seneng bika ambon ne

  9. amel
    5 May 2008 @ 6:34 pm

    mas, sekarang masih ada ga penjual kue yang sukses itu?? mau buat liputan dr trans tv. saya reporter program hidup ini indah..bisa email saya di amelbetz78@yahoo.com.trims