kenapa sih tidak boleh menelpon
Thursday 15 November 2007 - Filed under cerita cinta + renanda
saya tidak pernah mengeluh ongkos yang harus saya keluarkan untuk ber-halo-halo.
bahkan, saya tak pernah minta ongkos telepon ini diganti. saya punya uang untuk membayarnya sendiri. uwh. sebel rasanya. kalau sudah begini, ego yang bicara: saya punya gaji untuk membayar semua ongkos ini. tapi, suara di seberang sana terus ngotot, “nelpon dari indonesia kan mahal sekali … nanti kamu tekor,” katanya. ia meminta agar saya tak usah telepon saban hari.
uwh. ini hal yang paling menyebalkan yang saya dengar. memangnya takut kalau saya mintai ongkos? tidak kok. saya tidak akan minta. atau, memang tidak suka ya saya telepon? hmmpf.
lagipula, saya tidak sedang mengecek aktivitas di seberang sana. saya hanya kangen. iya, saya hanya kangen. itu saja.
tapi kenapa nggak boleh telepon? saya sendiri tidak pernah mengeluh pada setiap sen yang saya keluarkan untuk bilang, “halo, apa kabar? aku kangen sama kamu …” setiap sen yang saya keluarkan adalah ongkos psikologis rasa rindu yang kian menumpuk. lihat, tabungan ini kian penuh saja. menunggu tahun depan untuk memecah celengan ini dan berjumpa, rasanya lama sekali. lantas, kalau saya menelpon, apa masih nggak boleh juga?
saya sedih. kenapa sih saya tidak boleh menelpon. ya sudah.
2007-11-15 » Femi Adi
16 November 2007 @ 10:57 am
vertamax dulu..
putusin aja, mbak..hehe..
sebenernya juga bener sih, mbak..
mubazir aja nelpon jauh2..
he..
17 November 2007 @ 1:55 pm
tetep nelpon. pasti dia juga merindu. sabar ya jeng…
18 November 2007 @ 1:23 pm
wis to.. besok aku saja yg nelpon..
18 November 2007 @ 1:46 pm
Kerja keras buat bayar telpon.. gak papa jeng. Lanjutkan perjuanganmu!
20 November 2007 @ 5:16 am
eheme-ehememmm!!!
makanya, nelpon pake ym to, mbak!
20 November 2007 @ 5:51 pm
iya ih.. knp si orang suka bilang2 telp mahal
kan bayar sendiri *komporrrrrrr*