01:24, menadah rindu
Sunday 2 December 2007 - Filed under cerita cinta + renanda
tidur saya semalam jauh lebih nyenyak.
lelaki dengan pjamas kotak-kotak merah itu mencandai saya selama satu jam dua puluh empat menit. kami membincangkan acara tahun baru, soal kebiasaan bagaimana kami merayakan malam tahun baru sendirian. “kami menunggu matahari terbit, disitulah orang-orang berharap ada semangat baru di tahun yang baru,” katanya. haih.
saya pun bercerita soal malam tahun baru yang adem, tahun lalu. pergantian baru untuk pertama kali tanpa ayah membikin saya sesak. duh! hasilnya, ipod saya jepitkan di kuping dan berjalan menyusuri malioboro, hingga gedung kantor pos. “fireworks habis saat detik terakhir pergantian tahun, jadinya ya tiba-tiba sepi begitu saja,” sesal saya. di ujung sana, ia tertawa terbahak-bahak. sialan.
kami juga membincangkan badannya yang menambun. aih, seperti apa ya? tapi ia enggan mengaku perutnya buncit. haha … saya tahu persis, lelaki tengah usia seperti dia, seperti teman-teman saya kebanyakan. gaya hidupnya agak berantakan, apalagi sebagai single-fighter. hawh. pola makan berantakan, olah raga kurang. “kolesterol tinggi, dokter bilang saya gemuk!” hahahahahahahahahaha … sekarang, gilirang saya yang mentertawainya.
sejak ia bilang kolesterol tinggi bbeberapa hari silam, saya pun mulai crewet agar dia makan ini makan itu, olahraga ini olahraga itu. “Sekali makan daging, bisa seperempat kilo saya habiskan sendiri,” jelasnya. haduh. itu laper, kemaruk, doyan, hobi, atau mumpung? makan yang bagus dong, dengan banyak sayuran dan buah-buahan. “alat olahraga sekarang juga udah saya keluarin lagi, saya pake buat olahraga lari di rumah,” katanya. baguuuss …
hanya saja, ia tetap ngomel-ngomel dituding oleh dokter sebagai orang gemuk. haah! “kayak om-om dong, perut buncit, kaya raya, penggoda perempuan, tukang selingkuh, …” kata saya. laki-laki yang berjarak 3584 miles atau 5786 km dari bumi yang saya pijak ini pun protes. “perut nggak buncit kok. hanya … sedikit aja …” eits, nggak boleh protes.
baginya, indonesia kampung bin udik. uwh. tentu saja, sebagai orang yang lahir-besar-bekerja di indonesia, saya tidak terima. misalnya soal subaru forester. perbincangan ini menjadi kian menarik dan ditingkahi dengan gelak tawa saat awalnya kami membincangkan soal harga bensin yang mengekor harga minyak dunia. pertanyaan yang muncul dari mulut saya adalah, “memangnya mobil kamu berapa cc?” dia menjawab, 2000 cc.
wah, SUV! saya jadi ingat, dulu dia pernah bertanya-tanya soal harrier. “kamu tahu range rover?” tanyanya. jelas saya tahu. owh, tunggangannya range rover. “ya, mirip itu … tapi bukan range rover!” lanjutnya. lhah. gimana sih. “disini, ada namanya subaru. serinya forester,” sambungnya. halah. “subaru forester? di indonesia juga banyak!” seru saya, tak mau kalah.
lhah, tinggal nyebut subaru forester aja, apa susahnya. agaknya dia lupa, saya menggawangi halaman otomotif sekitar 3 tahun. rasanya ingin menjitaknya kalau dia ada di sebelah saya. “sayang, Indonesia itu enggak kampung-kampung banget kok! harrier, fortunes, range rover, tucson, santa fe, touareg, forester, xtrail … SUV itu ada semua disini!” saya menjadi gusar dibuatnya. humh.
kami berbincang saat lama, menghamburkan tabungan rindu yang entah kapan bakal kami pecah. saya sambil masak oseng-oseng jagung muda-buncis-tahu-sosis sapi. juga, menggoreng tempe. hingga masakan usai, kami masih terus berbincang. tentang rencana kepulangannya ke indonesia, kerinduannya pada keluarga, pekerjaannya di negeri sakura, bekas-bekas pacarnya, dan sifatnya yang tak pernah berubah. humh. yang trakhir itu, dia memang tak bisa marah pada perempuan. alih-alih pada perempuan, berbicara dengan tanda seru pada kawan laki-laki pun tak pernah.
dan … tut!
ponsel saya mati. agaknya, kredit sudah habis.
eh, sepertinya masih ada yang kurang. ponsel saya berdering kembali. agaknya satu jam dua puluh empat menit masih kurang. dia menelpon kembali. kami menadah rindu.
(ps: hey, saya senang mendengar tawa renyahmu kembali!)
2007-12-02 » Femi Adi
4 December 2007 @ 1:12 pm
ehm .. ehm … seneng yo Fem?! hehehe .. enggak kram otak lagi, kan?
14 April 2008 @ 11:09 pm
[...] bisa pulang. nanti aku bilang mau pulang, tapi ternyata nggak bisa pulang lagi seperti dulu,” katanya, beberapa waktu lalu. iya, iya. januari yang basah, agaknya ia memenuhi janjinya untuk [...]