saya tidak tahu, kereta mana yang dikemudikan oleh kakek saya dulu. kakek saya adalah masinis. tapi itu dulu, dulu sekali. namanya wongsodidjojo. tadi, sepulang dari Semarang menuju Jogja, saya mampir di museum kereta api di ambarawa. harga tiket masuk Rp 3000 per orang, tanpa disertai bukti tiket. dulunya, tempat ini dikenal sebagai Stasiun Willem I. […]
Comments Off »
Read the rest
perjalanan pulang ke Jogja dari piknik di Semarang, mengharuskan saya singgah di Ungaran. tujuannya, mencicipi sate sapi Pak Kempleng. sebenernya ada banyak sate pak kempleng di ungaran. saya sendiri tak bisa memastikan mana yang paling asli diantara yang mengaku paling asli. dihitung-hitung, ada lima kedai sate sapi yang menyandang nama Pak kempleng di sepanjang Jalan […]
Comments Off »
Read the rest
semawis: solidaritas masyarakat tionghoa untuk pariwisata. kecintaan terhadap makanan, tak urung mengusung saya ke lokasi ini. ya, nama semawis dikenalkan pertama kali oleh muraya, teman kakak saya. saat itu, ceritanya tak begitu mengejutkan. “pokoknya disana banyak yang jual makanan deh … kamu pasti suka,” tukasnya. meski tak begitu membuat saya terkejut dan ngiler seketika, toh […]
1 comment »
Read the rest
lelaki tua berpeci hitam duduk di luar. namanya mbah manyar, atau mbah tunggak. lelaki yang mengaku berusia 88 tahun ini menghadang saya dan deon saat hendak memasuki Lawang Sewu, gedung kuno yang megah dan kokoh di sudut Tugu Muda, Semarang. mbah tunggak pun bertutur soal Lawang Sewu yang dikangkanginya sendiran sejak ditinggalkan oleh tentara angkatan darat, […]
2 comments »
Read the rest