Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

bulik roeskiyo meninggal

Sunday 6 February 2005 - Filed under cerita bumijo

beliau meninggal pagi tadi jam 5.30.

namanya sumiyati. tapi karena menikah dengan roeskiyo, beliau kemudian lazim dipanggil bu roeskiyo. sebuah kewajaran yang merajalela. umurnya sekitar 75 tahun, anak ke-3 wongsodidjojo.

bulik roes, begitu aku biasa menyapanya. beliau adalah adik ayah. pagi tadi ayah menelpon dan mengatakan bahwa bulik roes meninggal. seketika yang dibenakku adalah wajah bulik roes yang renta namun tetap keras (baca: galak). hehehe … perlahan memoriku mencoba memutar segala sesuatu tentangnya.

pasangan roeskiyo adalah keluarga yang ‘berada’. sayangnya, ke-berada-an mereka tidak dilengkapi dengan hadirnya seorang bocah dengan jeritannya yang nakal. mereka hidup berdua saja di bilangan rawamangun timur. bulik roes dulu guru SGKP (sekolah guru kepandaian putri) sedang paklik roes orang terpandang di jajaran PJKA (kini PT KAI).

mereka tidak pelit. pada siapapun mereka mau berbagi. saat aku kecil, bulik sering ke jogja, menjenguk kakak-adik nya. aku dan kakakku biasa menjemput bulik di stasiun. kebetulan, rumah kami tak jauh dari stasiun. satu tas penuh selalu berisi oleh-oleh. bulik selalu membawa castengels dan penganan sedap buatannya sendiri. bulik roes pandai memasak. penganan apapun bakal lezat di tangannya. juga, masakan apapun bakal nikmat karena racikan tangannya. senang sekali rasanya kalau bulik roes datang ke jogja. keluarga kami berlimpah makanan super lezat.

“eeeeehhhh … lagu apa itu, anak kecil kok lagunya cinta-cintaan,” begitu tegurnya dengan suara banternya ketika aku atau kakakku menyanyikan lagu andalan kami di jaman itu, lagu-lagu obbie mesakh atau betaria sonata. hehehehe … “Coba yayuk suruh belajar jalan di rel kereta api, biar jalannya lurus,” ujarnya sambil terbahak karena kakakku jalannya ‘cekeh’ (tidak lurus)

suatu hari kami sekeluarga ke jakarta, piknik. kami dibawa ke taman mini dan jalan-jalan. entah, aku pun tak ingat persis bagaimana cerita piknik kami saat itu. seneng banget rasanya. dulu rumahnya di cat serba putih, dengan kandang ayam bekisar (???) di halaman depan. meski ada hewan peliharaan, bulik termasuk orang yang ‘resikan’ alias bersih. tak tampak terkesan kumuh dan jorok. weh, malah kemana-mana. balik ke piknik lagi, kami dibawa jalan-jalan dengan mobil corolla putih nya.

baik ayah ataupun aku, kadang enggak betah berlama-lama hidup dengan bulik roes. bukannya kenapa-kenapa. stress sendiri. segala sesuatu harus dilakukan dengan tepat dan benar. sekali bikin kesalahan kecilllll saja, wah … bablas dah. bakal kena maki-maki dan bakal diungkit-ungkit lagi kalo ketemu. kalo bulik roes di rumah, ibu yang paling kebingungan soalnya mesti nyiapin segala sesuatu dengan takaran yang pas. gula, misalnya. takarannya harus jitu. kami yang nggak terbiasa menutup rumah pada siang hari, saat ada bulik, rumah terkunci rapat, malah cenderung gelap. waks!

suatu hari ayah ada di jakarta. ayah terbiasa bekerja di rumah, mendcuci, mengepel, menyapu … itung-itung olah raga, katanya. karena prosedur menyapu dan mengepelnya salah, bulik roes marah-marah nggak karuan. fuih … saking jengkelnya, ayah pun jadi marah. hihhi …

bak tamu dalam keluarga sendiri. begitu kalau saling bertandang. kalau kami ada di rumahnya, nggak boleh nyapu, nyuci piring, bla bla bla. waaahhh … repot juga. kasian, abisnya banyak banget kotorannya, dan kami melakukan ini semua dengan senang hati. sayangnya, tak setiap niat baik ditanggapi dengan niat baik pula. salah mencuci, dapat hadaih maki-maki!

mei 2003, aku mendapat undangan tes wawancara di tempat aku bekerja kini. aku menginap satu malam di rumahnya. dengan senang hati mereka mengantarkan aku tes. nggak seperti teman-temanku yang lainnya, mereka nggak diantar siapapun juga. aku sendiri yang diantar bulik dan paklik yang sudah berumur. beberapa orang menyangka mereka adalah nenek dan kakekku. hehehehe … ketika diterima, mereka senangnya bukan main. mereka bangga aku menjadi apa yang aku inginkan. sejak aku tinggal di jakarta, tak pernah sedikitpun mereka mengeluh karena aku datang sebentar dan langsung pergi jika menengoknya.

dan badan itu terbujur kaku hari ini, minggu 6 februari 2005. semoga dengan segala karma baiknya, bulik roeskiyo memperoleh kebahagiaan abadi di sorga. amen.

Tagged: » » » »

2005-02-06  »  Femi Adi