cuilan malam di cafe batavia
Monday 21 March 2005 - Filed under cerita cinta + friends from heaven + kegemaran + kubikel + kuliner + plesiran
semalam, meski hujan, aku merasa hangat.
semalam menghabiskan hari di pojok utara jakarta, di cafe batavia. aku mencoba mereview ingatanku soal keinginanku menyambangi cafe londo itu. mmm, ternyata sudah sejak tahun 2000 naksir berat dengan cafe tua itu dan pengen menjajal masuk kesana. dan semalam, akhirnya aku ke sana.
elegent, angkuh, arogan, eksklusif. itu yang ada dibenakku setiap kali aku melewati bangunan lawas itu. sesungguhnya, sejak menapaki halaman parkir cafe batavia, aku masih merasa seperti itu. rasanya, kok cafe ini tidak cukup ramah kendati para pelayannya menebar senyum kemana-mana. tapi agaknya aku salah. yang tidak ramah adalah bangunan yang tampak dari luar. kesannya berjarak dengan siapapun yang belum pernah menjajal cafe itu.
quantum leap, ingat film itu? yah, seperti melompat ke masa yang asing, finally, ketika sandal jepit ini menjejakka kaki di lantai cafe batavia. hangat, dan tak seangkuh yang aku bayangkan sebelumnya. kendati remang-remang dan cenderung gelap, tapi cafe ini cukup bersahabat dengan banyaknya foto-foto yang terpajang di semua dinding bangunan. mmm, nyaris tak ada dinding yang libur dari foto dan gambar oldies. ada wanita bertopi besar seperti lady diana, ada laki-laki dengan tuxedo gelap nya, ada iklan sabun mandi jadoel alias jaman doeloe.
coba lihat ke atas di lantai dua, desainnya tak jauh berbeda dengan di bawah. tapi rasanya bakal nyaman kalau dining di atas, dan nantinya kongko nya di bawah sambil mempelototi si bule nyanyi jazz. dan pilihan semalam adalah duduk di sofa di lantai satu. bluggg … sofanya empuk juga!
nyaris tak ada menu yang seharga kaki lima. malahan, ada yang sampai ratusan ribu. mahal? tidak juga kalau dihitung dengan suasana yang tidak bakal terbeli di cafe lain. aku memilih beer untuk aku tenggak. beer bintang lagi, nggak cukup light dibanding miller atau heinekken. dan juga pesan italian pizza. sepiring italian pizza yang datang sanga terlambat, toh habis juga.
si bule yang menyanyi jazz, kendati suaranya tak semerdu james brown atau michele bubble, tapi oke juga. bukan hanya wajahnya yang pas jika dipasangkan dengan pakaian a la sinterklas atau asterix, tapi juga suara baritonnya cukup membuat tangan ini harus bertepuk tangan setiap ia menyelesaikan satu lagunya. jago bener itu bule.
hujan diluar, dan nggak berasa yah.
pengen pipis … toiletnya pun bernuansa oldies banget, penuh dengan foto dan gambar wanita atau laki-laki yang menampakkan bagian tubuhnya, seolah memang gambar itu untuk ‘disimpan’ di toilet saja.
lihat, pasti aku akan kembali kesana.
2005-03-21 » Femi Adi