‘tante femi’
Thursday 28 April 2005 - Filed under friends from heaven + ragam cuatan
saya sedang melahap beberapa suap nasi gila ketika segerombolan bocah itu datang.
saya demen nasi gila. lebih-lebih yang ada di kawasan danau situlembang, menteng, jakarta pusat. bukan hanya karena nasinya yang ‘lucu’ karena oplosan sosis, bakso dan daging yang ditumis menjadi satu, tetapi karena saya mengenal tempat itu ‘darinya’.
tapi saya tidak mau bercerita tentang dia yang sudah mengajak saya kesana. saya mau bercerita tentang beberapa bocah abg yang tiba-tiba menodong saya sumbangan. begini ceritanya.
semalam saya makan nasi gila bersama seorang teman di taman situlembang. saya makan sendirian, sedangkan teman saya tidak. saya memilih duduk di tempat yang rada gelap, karena memang itu satu-satunya bangku yang nganggur. baru ngobrol asik sambil memulai lahapan demi lahapan nasi gila, tiba-tiba suara bocah-bocah abg mengejutkan saya.
“selamat malam tante, oom … maaf kami mengganggu. kami dari smu 72 mau bikin pentas seni, hanya saja kami masih kekurangan dana. kalau tidak keberatan, kami minta sumbangan pada oom dan tante …”
buru-buru saya merogoh saku celana saya. saya ingat, disana ada 2 lembar 10 ribuan yang bia disumbangkan. “tante, kalau nggak percaya, kami bawa proposalnya, kalau tante mau baca,” ujar seorang anak perempuan. mungkin karena melihat saya diam saja, hanya merogoh kantong celana, dia nyeletuk begitu. menggelikan juga. lalu teman saya itu bertanya-tanya soal kegiatan yang mau mereka bikin.
mereka mau bikin semacam pentas seni bulan agustus 2005 depan. nanti ada acara musik-musik begitu. “semua aliran musik ada,” promosi seorang perempuan lainnya. diantara 6 orang itu, hanya 1 yang laki-laki.
saya lalu memasukkan recehan puluhan ribu yang saya punya di kantong. tapi, hanya separonya yang saya berikan, karena yang separinya lagi untuk membayar nasi gila yang saya beli. hihihi …
mmm … saya tidak pernah melakukan seperti itu. setidaknya, saat saya sma dulu, saya dan teman-teman di sekolah nggak bikin acara pentas seni. mungkin saat itu memang bukan jamannya, dan sekarang tengah booming bikin pentas seni. atau, mungkin juga saat itu kami nggak kreatif. mmm … yah, mungkin karena kami terlalu sibuk dengan sekolah. lagian sekolah kami waktu itu sekolah perempuan semuanya, lebih enak bikin acara demo masak ketimbang pentas seni.
hihihi … bukan … semuanya itu salah. yang jelas, dulu memang suster kepala sekolah rada rewel, jadi kalau bikin acara yang aneh-aneh, sudah pasti di cut di tengah jalan. ya soal dana lah, soal hingar bingar yang tidak perlu lah, ya soal sekolah perempuan haus jaga etika lah … beragam banget deh.
saya jadi geli. bocah-bocah itu bersemangat sekali menggenapi kekurangan dana buat acara pentas seni itu. lebih geli lagi, saya dipanggil ‘tante’ …
2005-04-28 » Femi Adi