bertemu ayah
Wednesday 25 May 2005 - Filed under cerita bumijo + cerita pjka + plesiran
jalan ini tak pernah berujung. keinginan untuk pulang tak pernah berakhir.
“buat kamu, sabtu-minggu di rumah itu terasa sebentar dan melelahkan. tapi kehadiran kamu berarti besar dan tidak sebentar buat dia,” begitu nasehat saya pada fin yang hendak pulang kerumah solo. prinsip yang sama selalu saya tekankan untuk saya sendiri ketika saya mewajibkan diri saya pulang saban jumat, untuk menengok ayah di rumah.
capek? tentu. rasanya rel kereta api ini tak ada ujungnya. rasanya aspal ini juga tak berakhir. tapi saya harus pulang. soal naik apa saya pulang ke jogja, itu tak jadi soal lagi. pesawat, bus, travel, kereta, semuanya bisa mengangkut saya. yang utama adalah bertemu dengan ayah di rumah.
patah pinggang? tentu. angkutan yang saya tumpangi memang tak cukup ramah bagi badan yang letih di hari jumat dan harus fit di hari senin. padahal, perjalanan dilakukan setiap jumat malam dan minggu malam. belum lagi kalau kereta yang saya naiki padat, crowded dan sumpek. belum lagi kalau kereta mogok ditengah hujan yang lumayan deras. yang utama adalah bertemu dengan ayah di rumah.
puyeng? tentu. bau tak sedap sering keluar dari kereta kelas kambing. suara bayi yang merengek minta susu, atau menangis karena kegerahan, tak urung membuat kepala ini cenut-cenut. juga, suara pedagang asongan yang berlomba menjajakan wedang jahe, popmie, maupun nasi bungkus juga mengundang letih yang tak kunjung selesai. biarlah, yang utama adalah bertemu dengan ayah di rumah.
“tenang, rasa capai itu akan hilang kok begitu kaki ini menginjak tanah di jogja …” hibur saya pada diri sendiri setiap rasa kesal ini merundung. saya selalu berpikir, sekuat-kuatnya tenaga ayah untuk jalan-jalan, masak, berkebun, mengajar dan berkumpul bersama teman-teman seusianya, tentunya tetap mebutuhkan perhatian dari anaknya. iya kalau anaknya ada yang mau memperhatikan. alih-alih yang jauh, yang dekat saja jarang menyambangiiii …
jadinya, seremuk apapun badan ini di hari jumat maupun minggu, selalu ada senyum puas ketika meninggalkan jogja: aku sudah bertemu dengan ayah di rumah, menemaninya ngobrol sambil menyeruput teh hangat.
jalan ini tak pernah berujung. keinginan untuk pulang tak pernah berakhir. karena yang utama adalah bertemu dengan ayah di rumah.
2005-05-25 » Femi Adi