Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

Laki-laki yang berjalan setiap hari

Saturday 24 September 2005 - Filed under cerita bumijo

Saya melihat orang itu berjalaaaaannn terus. Setiap saat, setiap hari tiada henti. 

Saya sudah melihatnya sejak saya kecil, saat saya masih berseragam biru-putih. Setiap kali melewati jalanan di kawasan gowongan, saya melihat laki-laki setengah baya, kurus,  tinggi sedang, berambut lurus-gondrong, berjalan dengan tatapan yang kosong. Ia tak memedulikan hiruk pikuknya jalanan di kota jogja. Ia juga tak memedulikan sedapnya aroma areh yang keluar dari gudeg yang dijual simbok-simbok di tepi jalan. Ia terus berjalan, tak tengok kanan-kiri, lurus. Saat melewati persimpangan, ia selalu berjalan kemana kakinya mau. Kalau ingin belok kanan, ya dia akan belok kanan. Begitu juga sebaliknya. Mulutnya juga tak komat-kamit. Ia nyaris seperti orang yang berjalan sambil melamun.

Awwwh … dan saya melihatnya lagi. Tadi. Bahkan tiga minggu lalu saat saya pulang ke jogja. Bahkan empat minggu lalu juga saya melihatnya lagi. Masih sama, ia mengenaka kaos yang bersih namun sudah lawas, dengan celana jeans, dan sandal jepit. Tatap matanya kosong, namun ia terus melihat ke arah depan. Tak menunduk. Tak lihat kanan, tak lihat kiri. Tak berhenti untuk membeli rokok. Tak berhenti untuk menyapa orang lain. Tak mampir ke warung kopi jos di pinggir stasiun tugu.

Saya tak mengenalnya. Tapi konon, ia menjadi seperti itu lantaran ia kehilangan istrinya. “Jare bojone minggat. Kawit bojone minggat, wong lanang kuwi saben dina mlaku terus, nggoleki bojone,” tutur ibu saya, beberapa tahun yang lalu. (katanya istrinya pergi tanpa pamit. Sejak istrinya pergi tanpa pamit, laki-laki itu setiap hari jalan terus, mencari istrinya)

Kalender tahunan terus berganti. Entah, sudah berapa kali saya menyobek kalender di bulan Desember, dan menggantinya dengan kalender bulan Januari di tahun yang berbeda. Artinya, sudah bertahun-tahun dia mencari istrinya, tapi hingga kini pencariannya belum usai juga.

Semoga Yang Memberi Hidup juga memberi kebahagiaan buatnya.

Tagged: »

2005-09-24  »  Femi Adi