Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

karena ada kereta yang anjlok …

Saturday 19 November 2005 - Filed under cerita bumijo + cerita pjka + plesiran

numpak sepur ekonomi kok asile mung kemringet karo misuh-misuh. hihihi … taspi aku senang karena jadi punya cerita walo badan patah semuanya.

kereta bengawan berangkatnya normal, jam 8.40 WTA (waktu tanah abang). bahkan lajunya pun kencang. kudengar ada kabar bahwa kereta progo jurusan senen-jogja nggak berangkat. praktis, kereta kelas ekonomi ke arah timur hanya kereta bengawan saja. nah, kereta ini yang kutumpangi. kabarnya, ada kereta yang anjlok dan membuat semua jalur kereta di delay bahkan di cancel (meminjam istilah yang kerap digunakan untuk armada montormabur), dan tidak sedikit yang mengalami keterlambatan berangkat maupun kedatangan.

semalam, kertea bengawan yang kutumpangi menggeret 12 gerbong ber-load sedang alias nggak membludak. biasanya, hanya sekitar 8 gerbong saja. terang saja, aku ngawu-awu bisa nggelar koran KOMPAS di lantai bawah diantara dua kursi berpenumpang tiga. teriakan si kondektur kereta, “Cis, Karcis!!!” malah meninabobokan aku untuk nglempus dengan bantal tiup menuju stasiun besar pertama, yaitu cirebon. (pak kondektur akan diberitahu kalo aku anggota ‘rombongan’) tak lupa, aku melipat sedikit kakiku agar nggak terinjak oleh lalu-lalang orang di koridor kereta. aku juga mencopot dan menyembunyikan sepatuku: biar nggak ketendang-tendang atau hilang!

seperti biasa, aku kedinginan tidur di lantai bawah. aku hanya pake kaos saja (pasti, dalemannya pake kutang, booow!). tapi aku merasa lebih baik kedinginan daripada kepanasan. dalam sebuah perhentian, jempolku disogok-sogok sama jempolnya mas sigit dari ujung kursi berpenumpang dua. mas sigit adalah teman ‘satu rombongan’. jempol itu isyarat untuk mengabariku bahwa kereta berhenti lama, dan akan berhenti lama banget. aku dengar, tapi malas bangun. ada ketawa cekikikan disana-sini dari teman-teman satu rombongan yang membahas soal perjalanan yang berhenti-berhenti terus ini. aku juga dengar obrolan dari satu bangku ke bangku lainnya, dalam posisi tidur dan dalam kegelapan. topiknya tak jauh dari perjalanan kereta ekonomi, mayangsari dan artis si kemben mlorot. aduh, guyubnya!

yah, kereta bengawan ini memang beda sama taksaka ato argolawu yang hanya bisa berhenti di stasiun besar. keretaku ini punya keistimewaan: bisa berhenti dimana saja. di tengah sawah, di jembatan diatas sungai, di jembatan diatas jalan raya, ditengah hutan, di stasiun besar maupun di stasiun kecil. asal ada kereta yang lebih mahal, sudah pasti kereta bengawan ini harus mendapat keistimewaan untuk minggir dan berhenti.

uwh … saking lamanya kereta berhenti, gerah juga. mau ga mau, aku bangun dan menghirup napas sejenak. begitu kereta jalan, ya ngolong lagi di antara dua kursi berpenumpang tiga.

sayangnya, aku over pede bahwa aku akan bangun di pagi hari sabtu dari kolong kereta. kupikir aku bisa punya mimpi indah di dalam kereta (siapa bilang naik kereta bengawan nggak bisa mimpi indah???). pupus sudah impian itu. soalnya,  kereta bengawan yang kutumpangi ada di stasiun cirebon saat jam di handphone menunjukkan jam 4 pagi! rasanya ingin teriak di samping kuping masinis, “maksut lo???” ya ampun, apa gitu lo maksutnya baru sampai di cirebon jam 4 pagi! duh gusti, paringana sabar. banyak janji menanti di jogja niiiy …

belum sempat si gusti maringi aku kesabaran, kudengar dari loud speaker, bahwa penumpang di gerbong gerbong duabelas harus berpindah ke gerbong lain karena ada bagian yang terbakar. gerbong duabelas itu ada di belakang gerbongku. tentu saja, jujugan mereka yang paling dekat pasti ke gerbong sebelas atau gerbongku. aku yang menggantikan ‘kasur’ mas waldi (teman serombongan), ditabokin sama bapak-bapak agar aku mau berbagi kursi. kontan, aku berbicara dalam tanda seru karena kaget, kepanasan, dan kesal. anehnya, gerbong duabelas yang dikabarkan rusak, tetap digeret dan justru sesak dengan penumpang.

aku terpaksa tidur dengan mengubah gaya. kali ini duduk. uwh, pegel booow … dan kereta bengawan terus berjalan menuju stasiun purwokerto. pasti laaah, layaknya jalan salib, ada ada banyak perhentiannya antara cirebon dan purwokerto.

kereta masuk stasiun purwokerto jam 7 lewat 11 menit. sudah siang ya. teman serombongan ada yang teriak dari balik kursiku, “koran-e ojo dipidak-pidak, mengko nggo turu awan, wong tekan jogja mesti sore banget!” hihihi …

pas kereta udah berhenti sempurna, aku langsung meloncat dan mengekor teman-teman yang hendak berburu nasi anget plus wader. hanya dengan Rp 3500 saja, aku sudah mengantongi nasi bungkus porsi penumpang ekonomi (porsi gede, maksutnyaaaa) untuk disantap di kereta. aduh, senengnya makan rame-rame. seru. nasinya dan lauknya asoy, guyubnya juga geboy.

inilah hal yang kusukai dari perjalanan jakarta-jogja atau jogja-jakarta di kereta ekonomi. semua orang saling berbicara, menegur sapa dan selalu mengawali atau mengakhiri perjalanan dengan berjabat tangan. jarang banget ada yang saling bertanya soal pekerjaan di kantor. yang ada hanyalah soal berbagi makanan, obrolan soal situasi perjalanan minggu lalu dan prediksi perjalanan kali ini, soal riuh-rendahnya suasana penjual di dalam kereta yang menjajakan dagangannya dengan beragam cara, juga soal anggota ‘rombongan’. suasana seperti ini selalu ngangeni.
usai nasi anget dan wader habis, si ayah menelpon dari rumah, sudah cemas anak bungsunya jam 7 belum kelihatan di rumah. kemudian jam 10, ayah juga nelpon lagi, takutnya ada apa-apa dengan keretanya (bukannya mengkuatirkan anaknya, malah mengkuatirkan keretanya!)

masuk kutoarjo, serombongan waria mulai unjuk otot dan pita suaranya. tangannya yang hitam dan berotot, tampak perkasa membetot senar karet plus memukul-mukulkan batu ke kotak kayu yang disulap menjadi alat musik. mereka menyanyi dengan dua suara, suara perempuan dan suara laki-laki. mereka pake pakaian supermini, dengan tali putih yang terikat di leher. dengan ganjen, si waria pamer pada penumpang seisi gerbong kalo tali putih itu adalah tali pocong. (catt: sore hari, pas makan siomay di belakang KOMPAS jogja, rombongan ini ngamen dengan gaya, nyanyian, dan pakaian yang sama! olala …). setelah rombongan ini berpindah ke gerbong lain, rombongan waria lain datang silih berganti.

dan jam 11.15, kereta baru masuk stasiun lempuyangan jogja. aku mish-misuh, sumuk, kesel … ning seneng.

2005-11-19  »  femi adi soempeno