kemana larinya uang Rp 5000 milik saya?
Monday 6 February 2006 - Filed under pal224
pagi ini saya bangun, dan ingin nge-teh.
nggak biasanya, memang. biasanya, saya cukup minum air putih saja. lalu minum jus tomat. tapi tidak pagi ini. tiba-tiba saja seperti ada demonstran yang berpindah di perut saya. saya pagi ingin merebus edamame dan ngeteh. titik!
saya buru-buru mencuci semua peralatan masak saya yang … ehm, masih kotor. hihihi … saya pun mengucurkan air keran dapur pada panci kecil, wadah yang biasa saya gunakan untuk merebus air. kemudian, saya menumpangkannya diatas kompor gas dan … klek … tunggu sekitar tiga menit saja. nanti akan masak dengan sendirinya.
“siapa yang merebus air ya … gasnya habis nih!” seru suara dari dapur. aih, itu seperti suara alin.
“femi deh tadi yang kayaknya ngerebus air …” jawab irin. iya, itu suara irin. terakhir tadi saya tinggal, irin tengah antre untuk mencuci blendernya.
saya pun bergegas ke belakang. aih … gas di kompor ini habis!!!!!
sontak, saya pun berteriak, “aduh, ga pernah masak, sekalinya masak gasnya habis!!!!”
saya kesal. saya tak pernah menggunakan gas itu. padahal saya membayar Rp 5000 per bulan untuk bayar gas. hitungannya, saya menggunakan gas itu bila perlu saja. bukan untuk masak sehari-hari. paling tidak, saya mask besar di hari sabtu, wah, padahal itu pun jarang soalnya saya jarang ada di kos pada hari sabtu. nah, tentu saja gas itu saya gunakan bila ingin memasak air, membuat mie ABC pedas kegemaran saya, dan juga merebus edamame, kedelai jepang. kalau sudah begini, siapa yang harus tanggung jawab?????
ini kali kedua saya ingin memanaskan panci diatas kompor, dan gas habis! bulan lalu juga begitu. lalu, kemana larinya Rp 5000 saya???
perkaranya bukanlah “salah sendiri, lo ga masak dari kemarin-kemarin …..” atau, “salah sendiri, lo ga masak setiap hari …”. tetapi, ini adalah soal lifetime dari gas itu sendiri.
berpikirlah. rumah ini milik kita. dapur ini juga milik kita. gas ini, juga milik kita. bukan hanya punya kamu, kamu, kamu, dan kamu saja. aduh, kok kamu masih menoleh-noleh gitu sih … iya, kamu yang ada di ujung sana …
tolong, saya ingin masak. sekali ini saja. saya ingin teh hangat di pagi hari ini. itu saja.
image courtesy: antara
2006-02-06 » Femi Adi