Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

gara-gara saya?

Friday 28 April 2006 - Filed under cerita cinta

baru saja saya bertemu dengan teman lama. ehm … maksutnya, pacar lama.

lelaki dengan suara yang bersahaja, apa kabar? selarik pesan mendarat di meja saya. dia mengajak saya kongko. tumben. tak biasanya dia begini. sudah sejak kapan ya? humm … rasanya sudah lama, lamaaaa sekali. sejak menjelang bulan puasa, tahun lalu.

pada perjumpaan terahir saya dengannya, dia berujar soal kekasih barunya. waah, selamat! selamat! selamat! jarak yang sudah menebal beberapa saat, membuat saya tak sedih jika dia punya belahan jiwa. sayangnya, kekasih barunya punya buncahan cemburu yang amat sangat untuk saya. sepertinya, mendengar nama ‘femi’ membuat mesin molen berpindah ke perutnya. aih … itu sebabnya, dia tak pernah menghubungi saya. itu sebabnya, dia tak pernah berkabar lagi pada saya. itu sebabnya, dia selalu menghilang. tak jadi soal sih …

dan semalam dia datang. kicauan suaranya nyaring, merdu, dan tampak ceria. “apa kabar, fe?” wah, tentu saja, pertanyaan sebaris itu saya jawab dengan sangat panjang, saya berceloteh tentang kehidupan saya yang terhenti di pinggir telinganya selama sekitar enam bulan terakhir ini. tentang laki-laki yang matanya menggaris. tentang perasaan membuncah terhadap abang yang meninggalkan saya. tentang perjalanan yang melelahkan setiap weekend tiba. tentang rajutan merah jambu yang mungkin tak pernah dimulai. tentang rencana liburan akhir pekan ke pulau dewata. mmm … saya senang berjumpa kembali dengannya.

tetapi segumpal cerita terekam di telinga saya. dia sudah merevisi cetak biru rencana pernikahan dengan belahan jiwanya. alasannya, karena saya. hmmmh …

iya, karena saya. si belahan jiwa rupanya masih duduk-duduk di beranda hati, menimang dan menggali apa yang pernah terjadi di antara kami. diam-diam, dia mengulik kisah cinta kami dari gudang surat si pacar lama. aih … buaian api pun menggerogoti hatinya. ia terbakar cemburu.

“persis satu hari sebelum kamu ulang tahun, dia kirim sms ke gue, ngingetin bahwa besok ada momen ultah yang ga boleh dilewatin. gue sok bego aja, ultah siapa. nah, besoknya, gue ketemu sama dia, gue tanya, siapa yang dimaksut. ternyata dia malah marah dan bilang “nggak usah sok ga tau deh …” gue kan kesel juga. dia itu cemburu banget sama lo. padahal kan kita nggak ngapa-ngapain sejak gue jadian sama dia. abis dia jebol inbox gue, dia itu baca semua email kita di tahun 2005. dia marah. dia pikir gue masih punya hubungan sama lo. pegel deh. ya udah deh, mendingan gue putus aja.”

malam semakin bersolek dengan sulaman bintang dan jahitan awan hitam. di kemang, kami masih bertukar kisah. sesekali perut kami terguncang dengan kenangan lama yang menggelikan, atau diam dalam hening waktu yang tertahan. malam ini saya benar merasakan betapa saya dan pemilik perut buncit itu akhirnya berjalan menurut kata hati yang kami pilih di sebuah persimpangan waktu, dua tahun yang lalu. dua tahun ini, saya dan dia sudah belajar kembali menemukan buncahan cinta dan letupan kecil di hati, pada dia, pada dia dan pada dia yang lain diluar kami berdua. terima kasih Tuhan, saya dan dia  menemukan beraneka hal baru dalam hidup dengan waktu yang makin mendewasakan kami.

(ps: jika si belahan jiwa berpaling darimu, bukan salah saya kan?)

2006-04-28  »  femi adi soempeno