selamat tidur di luar!
Sunday 28 May 2006 - Filed under cerita bumijo
jumat, 26 mei 2006
+ tolong jagain ayah ya hari senin-selasa. mmm … kalau pekerjaanku selesai, aku akan pulang senin malam, aku usahakan akan naik pesawat!
- (bilang pada istrinya) jo, nanti kalau jaga ayah, aku tidur di luar ya!
percakapan itu sangat pendek, antara saya dan seorang kakak saya. disana terdapat ayah dan istrinya yang menyimak apa yang diucapkannya. menurut pengakuannya, dia punya nyali yang kecil, sehingga dia nggak kuat bila harus berlama-lama berada di rumah sakit. untuk itulah dia memilih akan tidur diluar. saya menangis. saya sedih. mengapa dia sperti itu.
rasanya malam itu saya ingin membisikinya, “berkacalah, kakak. kamu sudah besar. kamu sudah dewasa. lihat, anakmu sudah sebesar saya. kenapa nyalimu masih ciut juga. lihat, yang sakit ini bukan orang lain. dia ayahmu sendiri. kenapa takut? jangan berhitung soal ketakutan dan jangan mengkalkulasi soal besar-kecilnya nyali. jika ditimbang-timbang, saya lebih ciut dari kamu, dan saya lebih muda/kecil dari kamu. maka wajar bila saya takut.”
sabtu, 27 mei 2006
sebuah pesan pendek masuk di ponsel saya, mengabarkan bahwa rumah kakak saya rusak berat, nyaris roboh akibat guncangan dari selatan jogja. tak lagi bisa dihuni. tak lagi nyaman untuk ditinggali. yang mampu meneduhinya dan seisi keluarganya hanyalah tenda. mereka sekeluarga, termasuk anak dan istri kakak saya, harus berkemah, entah sampai kapan.
bukankah itu keinginan nya? tidur di luar, seperti yang dia utarakan di depan ayah? bukankah tidur di luar adalah keinginannya?
rasanya saat menerima pesan pendek itu, saya ingin menelponnya dan bilang, “kak, tahu tidak kalau emosi saya adalah emosi ayah. setiap yang kamu goreskan pada saya, sama artinya kamu melukai hati ayah. namamu juga tidak disebut sebagai ‘anak yang sudah menjalankan perannya sebagaimana layaknya seorang anak’ oleh ayah. tahu kenapa? karena ayah terluka sebab kamu jarang mengunjunginya. see, jarak tak terlalu jauh antara rumah mu dan rumah ayah. belajarlah. dewasalah. jangan sperti anak kecil. berkacalah. berteduhlah di tenda. jangan mengeluh kedinginan. jangan mengeluh kegerahan. terimalah apa yang sudah Dia gariskan yang sesuai dengan keinginanmu. barangkali, ini adlaah karmamu.”
o iya, maaf, saya tak menawari rumah ayah untukmu.
2006-05-28 » femi adi soempeno