mbok femi tumut
Tuesday 27 June 2006 - Filed under cerita bumijo
saya menulis pada status di yahoo messanger saya: mbok femi tumut … (saya ikut dong)
iya, saya rindu ayah saya. tak bisa saya gambarkan dan muntahkan melalui tarian jemari saya diatas keyboard bagaimana saya sangat rindu dengan ayah. barangkali, ini yang disebut dengan ‘mbok-mboken’ alias masih bergantung banyak pada ibu atau ayah? bisa jadi iya, bisa jadi ini hanya kerinduan kecil. saya hanya bisa mengingatnya, bernostalgia dalam imaji.
dari ruang maya yang muncul tiba-tiba, kakak saya yang ada ber mile-mile jauhnya, spontan membalas ujaran saya.
kakak si gadis bali: njenengan mbotensah tumut….lha kulo pripun
femi adi soempeno: nggih njenengan sing nguruske akte kematian kulo. kan kulo sampun crita bilih ngurus akta kematian menika gampil
femi adi soempeno: …
kakak si gadis bali: sarengan kemawon…dadose mboten sah ngurus nopo2 malih
lucu rasanya. kami terlahir sekandung, hanya berdua. saya berada di jakarta, sedangkan dia berada di boston. jauh. kalau kamu bisa menumpahkan tangis di bahu abang, atau adik. lha kami? hanya pada rinai kecil kami bisa merasai bulir yang sama-sama jatuh ke tanah. atau, hanya pada bantal yang hangat kami bisa mengisak. saya di jakarta, dan kakak saya di boston.
kalimat itu kerap saya bisikkan. “mbok femi tumut …” pada tanah yang basah di rumah ayah. pada ranjang yang hangat milik ayah. pada foto ayah yang terpasang d sudut ruangan. iya, kenapa ayah tak mengajak saya serta?
2006-06-27 » femi adi soempeno