usai agustus nanti
Monday 21 August 2006 - Filed under cerita cinta + kubikel
tak ada yang tahu apa yang akan terjadi usai agustus nanti. tetapi saya tahu apa yang akan terjadi pada saya, usai agustus nanti.
saat bangun pagi, rasanya mengerikan mendapati diri. tak lama lagi, agustus datang. rasanya landasan pacu pesawat terbang berpindah ke rongga dada saya. berderu. berdesing. panas. menerbangkan apa saja yang ada di sekitarnya. hati, cinta, rindu, marah, benci, sayang, kecupan tengah hari. angin di sekitarnya berguncang dan bertekanan tinggi. tak ada yang boleh mendekat.
atau, rasanya seperti kepalan tangan yang menghantam dada. mengepal dengan sempurna dan terayun dengan sangat kencang. rasanya tak memberikan kesempatan pada saya untuk menghindar. seperti saya malah menunggu hantaman itu. saya menantinya. saya tahu itu akan sakit, tapi tak ada yang bisa saya lakukan kecuali menyediakan dada saya untuk dihantam.
mungkin juga, rasanya seperti balok es kecil yang diangkut dari lemari es, dan dipisahkan dengan kawanan balok es yang lainnya. dituangkan ke mesin pencacah es. dengan kopi. dengan krim. dengan gula. dan barista starbucks akan menggiling dan mengaduknya dengan sangat cepat. wwwwnnngg … dan jadilah frappucino rhumba nan nikmat. tetapi apa yang terjadi dengan balok es kecil itu? dingin. sakit. tergerus hingga halus.
atau, seperti saat mendongak kelangit. tegak lurus. tak ada awan biru. yang ada awan hitam. tak ada hangat mentari yang menyapa. yang ada warna kelam yang menyiksa. tak ada bintang dan bulan dan setitik cahaya. yang ada hanya pulasan pekat berwarna hitam dan gelap. harus berjalan sendirian. tak ada penuntun. tak ada kamu … ya, tak ada kamu.
atau, rasanya seperti kelopak yang tak lagi mampu menyangga badannya, dan memilih untuk gugur. tubuhnya yang menguning dan kering dan keriting tak lagi merangkul tubuh sang batang.warna cerahnya tak lagi menghadang dan menantang mentari. memilih untuk berjatuhan dan siap disapu. sebuah perasaan yang sangat tak nyaman.
mm, apa lagi ya. seperti sebuah foto usang yang dijajarkan. “ini redaktur femi yang sudah keluar. sebelahnya, redaktur femi hingga agustus kemarin. nah, yang belakangnya ini, yang gendut, redaktur femi yang sering mereview tulisan femi dan dia jualan jamu. yang tinggi besar ini sahabat femi, satu angkatan juga dengan femi dan yang berkulit gelap plus yang berjambang ini. yang kecil dan berkacamata ini redaktur yang porno abis, yang agak montok ini teman makan femi …”
atau, seperti cerita lawas yang diceritakan turun temurun. “dulu, femi tinggal di kamar ini. sampai sekarang pun, kamar ini tetap disewa femi walau femi sudah tak ada. barang-barangnya masih disini. lihat, kotak bergaris putih merah itu isinya buku dan majalah. kalau koper isinya mainan dan boneka. yang besar itu kotak isinya botol wine…”
atau rasanya … rasanya seperti apa lagi ya?
nanti, nanti kalau usai agustus, saya akan bercerita bagaimana rasanya membuncahkan rindu. bagaimana rasanya saat bulir air mata ini menjatuhi keyboard. bagaimana rasanya sepatu merah ini tak lagi menginjak tanah yang sama. bagaimana rasanya … nanti deh, nanti saya ceritakan ya.
hari ini tanggal berapa? dua puluh satu mei. sejengkal lagi bulan juni datang. sepurnama kemudian juli, lalu agustus tiba. usai agustus … iya, nanti akan saya ceritakan bagaimana rasanya menghadapi bulan september yang asing dan beku.
iya, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi usai agustus nanti. tetapi saya tahu apa yang akan terjadi pada saya, usai agustus nanti.
(ps: waktu akan bergulir sangat cepat menuju agustus. saya akan kangen kamu. iya, kamu lelaki pemilik mata oriental. bukan, bukan oriental yang kamu, tetapi satunya! rasanya ngeri membayangkan saya tak akan lagi bisa memencet nomor teleponmu dan mengajakmu sarapan atau makan siang bersama. atau, mengerikan bila menemui saya tak lagi bisa melihat senyummu yang malu-malu tetapi sinis pada saya. )
2006-08-21 » femi adi soempeno