Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

rosario hijau dari colombo

Saturday 7 October 2006 - Filed under friends from heaven

semalam saya berjumpa dengan seorang teman.

saya menjumpainya di kediamannya di bilangan Kelapa Gading. saya berniat mengantarkan satu keping CD yang sudah saya isi dengan beberapa gambar perjalanan kami beberapa waktu lalu, dan beberapa catatan mengenai perjalanan itu.

waktu bergulir dengan sangat cepat. obrolan tiada henti terjadi diantara kami. tentang pelayarannya. tentang pekerjaannya di bidang cargo. tentang black label dan gold label. tentang batu yang ia angkut dari gunung bromo. tentang kopi hitam sri lanka nan nikmat. soal senja yang pernah kami petik bersama. tentang … banyak hal!

“saya punya sesuatu buat kamu. ya, mungkin nggak seberapa. tapi semoga ini berguna…” ujarnya, sekeluar dari kamarnya.

dan, betapa terkejutnya saya. perlahan, bulir bening menetes dari sudut mata. dari genggamannya, berpindah sebuah rosario kecil dan pendek berwarna hijau pohon. ya, sebuah rosario.

saya jadi ingin berdoa.

saya jadi ingat Bunda Maria.

saya jadi ingat, lama tidak berdoa rosario.

“terima kasih. terima kasih. terima kasih … ” tak henti-hentinya saya berucap terimakasih padanya. saya menutupi bening lembut yang jatuh menitik pada baju putih saya. dalam hati saya membisik, terimakasih ya, untuk sebuah rosario hijau kecil. untuk sebuah ingatan akan Bunda Maria. untuk waktu yang kita habiskan sejenak disela kesibukan pekerjaan kita. untuk sorot tajam mata kamu dan hangat tawa kamu. untuk pelukan hangat kamu.

“itu dari Colombo, dari sebuah tempat peziarahan disana … saya juga menyimpan rosario yang sama persis dengan yang kamu punya, femi” ujarnya, sambil menunjuk pada sebuah patung Yesus berbaju merah, di dinding ruang tengah. di tangan Yesus tergantung rosario Bunda Maria yang sama persis dengan yang saya genggam.

saya tahu, Tuhan datang pada orang-orang di sekitar saya. dan kini, tanganNya bergerak melalui dia. Mmm … saya malas menceritakan betapa saya bersyukur pada Dia tidak melalui doa yang sangat khusuk dan dalam keheningan. tapi rasa syukur atas apa yang saya dapatkan selama ini masih selalu saya ucapkan, saya nggak malas-malas amat.

kedatanganNya melalui dia dan sebuah rosario dari Colombo itu, dengan rasa yang amat dalam ingin segera berdoa, sudah berkawan sejak lama.

saya ingin berdoa.

saya berbisik pada rosario hijau kecil itu. ya, saya tahu. rasa itu. ya, rasa itu. rasa syukur saya tak pernah berkurang. pada Tuhan. pada Bunda Maria. terimakasih telah membawa saya pada dia. yang kemudian mengantarkan rosario hijau ini pada saya.

“I’m blessed having u in my life …” kata saya padanya. ya. rasa syukur itu juga kian menebal seiring perjumpaan saya dan dia, si pemberi rosario hijau itu.

saya memeluknya hangat. pulang.

Tagged: »

2006-10-07  »  femi adi soempeno