Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

Please, don’t say so

Tuesday 17 October 2006 - Filed under cerita cinta

p1070172.JPG

seharian ini saya nyaris tidak online.

saat membuka yahoo messanger, saya dikejutkan oleh pesan pendek dari lelaki yang menggurat senja di pojok kuta.

Hello whale. Yes i do miss you. Yes I have been avoiding you. Why? I guess I can not give you any assurances in the future. You have your life and I would expect you to get on with it. I really can not forget you, you entered my life and my heart and I guess you will always be in at least one of them. I can give no assurances of the future, no one can. Yes I want to see you again. Yes I do love you. I am sorry if I cause you any pain but I have caused pain for myself also, as you are always on my mind. Please understand honey. You will always be my whale.

rasanya seperti kejatuhan matahari: panas sekaligus ajaib. saya terluka. seperti ada bola panas yang menyesaki rongga dada. panas namun terus menggeliat dan tetap tinggal. sakit. seperti gunting yang mengirisi selembar kertas menjadi beberapa bagian acak, dan saya kesulitan untuk merangkaikannya kembali. seperti liukan ban roda mobil di tikungan tajam, berdecit dan saya harus mempertahankan keseimbangan kendaraan itu.

itu konsekuensi. kenapa saya menolaknya.

tapi kan saya menolak bukan berarti saya melepaskannya.

iya, iya. tapi dia sudah tertolak.

bulir bening pun menitik di sudut mata. semuanya terjadi sangat tiba-tiba. tetapi, apakah ada peristiwa dari hidup ini yang tidak terjadi dengan tiba-tiba? saya rasa tidak.

andai kamu tahu. suatu hari saya jatuh cinta pada kamu. pada senyum ramah yang mengembang dan sapa hangat di sore hari. “saya suka penfolds. kamu?” ujarnya sambil membuka 1998 Penfolds Cabernet Shiraz BIN 389. “saya suka kamu …” kata saya, dalam hati. hallah …

lama tak patah hati, rupanya saya tak lupa bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang telah lama tinggal di hati. uwh. sudah begitu banyak gelas yang kami dentingkan. kenapa selalu sama. dia datang untuk pergi. sebagian peristiwa masih tertancap di benak. terekam sempurna: lucy, kepiting, batik, bali coffee, charcoal … dia sekaligus sahabat yang saya bisa bercerita apa saja sementara ia menyediakan kuping dan segudang nasihatnya. namun tak sedikit pula peristiwa yang menguap begitu saja.

saya menghapus butiran bening di sudut mata. saya kehilangan seseorang yang memberi hangat di setiap sapa pagi.

hmmh … apapun yang terjadi di depan sana, tanpa kamu, saya juga akan baik-baik saja.

Tagged: » »

2006-10-17  »  femi adi soempeno