Mengasup energi
Thursday 14 December 2006 - Filed under friends from heaven + kubikel + ragam cuatan
saat saya mengeluhkan energi saya yang habis, saat itu saya hanya bisa terpekur, berusaha menghirup udara diluar dinding ruangan di ruang redaksi dan rumah sewa. selebihnya, saya menceriakan hari saya dengan berjumpa banyak orang dan menguping musik yang berdentam-dentum.
tetapi, seorang teman, seorang abang, seorang bos, seorang redaktur, membocori saya rahasia agar tidak kehabisan energi. begini rahasianya:
Sejak dulu aku punya anggapan begini: Kalau lelaki mengeluh, dia hanya ingin didengar. Kalau perempuan mengeluh, dia ingin mendapat solusi. Semoga anggapan itu juga berlaku padamu:)) Karena itu aku memberanikan diri untuk mengusulkan sebuah tips dan trik.
Tubuh manusia ki mirip komputer, kadang-kadang bisa hang. Mandegnya tubuh dan pikiran bisa karena virus (sakit fisik) bisa pula karena ada bug (sakit batin). Efeknya beragam, pikiran jadi kacau, bete, obsan, serba salha, dan stress.
Komputer stress bisa diobati dengan antivirus, upgrade hardware, atau software. Namun semua itu butuh biaya ekstra, kalau tak mau pakai software bajakan atau hardware curian. Cara paling gampang mengatasi komputer stress, menurutku, ya memformat ulang hardisk, lalu satu demi satu menginstal sofware yang kita perlukan, mengesampingkan program yang tak terlalu kita butuhkan.
Bagiamana kalau tubuh? Sama saja. Cara paling praktis adalah dengan me-refresh otak. Berlibur, menurutku bukan membuat otak segar kembali, itu hanya ibarat mengistirahatkan komputer sementara. Kalau komputer itu kita nylaakan lagi nanti, problem yang sama akan tetap kita temui. Makanya, “format ulang” otak menurutku langkah paling jitu. Bersihkan pikiran dari data-data, lalu tata ulang mana yang patut kita prioritaskan, mana yang mesti kita sisihkan, mana data yang perlu dan wajib kita buang, mana data baru yang justru harus kita buru.
Semoga, kamu tahu maksudku. Nah, terkait dengan itu, ada sebuah penggalan tulisan menarik yang ingin aku bagi untukmu. Semoga menarik pula buatmu:
Pernahkah Anda berjalan-jalan seorang diri? Atau apakah Anda selalu pergi dengan orang lain? Jika Anda sekali-sekali berjalan-jalan seorang diri—tak perlu jauh-jauh —nanti Anda akan mengenal diri Anda sendiri, apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda rasakan, apa kebajikan itu, Anda ingin menjadi apa. Temukanlah. Dan Anda tak dapat menemukan diri sendiri jika Anda selalu bercakap-cakap, keluyuran dengan teman-teman Anda, dengan setengah lusin orang. Duduklah tenang-tenang seorang diri di bawah sebatang pohon, jangan membawa buku. Lihat saja bintang-bintang, langit yang cerah, burung-burung, bentuk dedaunan. Amati bayang-bayang. Amati burung yang melintas di langit. Dengan berada sendirian, duduk dengan tenang di bawah sebatang pohon, Anda mulai memahami gerak-gerik batin Anda sendiri.
Lalu, duduklah dengan tenang sekali, jangan memaksa dirimu. Duduk atau berbaringlah dengan tenang tanpa suatu paksaan. Mengertikah Anda? Lalu perhatikan pikiranmu. Perhatikan apa yang kaupikirkan. Anda menemukan bahwa Anda tengah berpikir tentang sepatumu, gaunmu, apa yang akan Anda katakan, burung di luar itu yang Anda dengarkan; ikuti pikiran-pikiran itu, dan selidiki mengapa suatu pikiran timbul. Jangan coba mengubah pikiranmu. Lihat mengapa pikiran-pikiran tertentu muncul dalam batinmu, sehingga Anda mulai memahami arti dari setiap pikiran dan setiap perasaan tanpa suatu paksaan. Dan jika suatu pikiran muncul, jangan menyalahkannya, jangan berkata ini benar, itu salah, ini baik, itu buruk. Perhatikan saja, sehingga Anda mulai memperoleh pemahaman, kesadaran yang aktif dalam melihat setiap pikiran, setiap perasaan. Anda akan mengetahui setiap pikiran yang tersembunyi, setiap dorongan yang tersembunyi, setiap perasaan, tanpa terdistorsi, tanpa berkata, itu benar, salah, baik, atau buruk. Jika Anda melihat, menyelami pikiran secara mendalam sekali, batin Anda menjadi luar biasa halus, hidup. Tidak ada bagian batin yang tidur. Batin itu bangun sepenuhnya.
Itu hanya dasarnya. Maka batin Anda sangat tenang. Seluruh diri Anda menjadi sangat diam. Lalu selamilah keheningan itu, makin dalam, makin jauh—seluruh proses itulah meditasi. Meditasi bukanlah duduk di sudut mengulang-ulang sejumlah kata-kata; atau memikirkan sebuah gambaran atau hanyut dalam khayalan-khayalan liar yang mempesonakan.
Untuk memahami seluruh proses pikiran dan perasaan Anda berarti harus bebas dari semua pikiran, bebas dari semua perasaan, sehingga batin Anda, seluruh diri Anda, menjadi sangat hening. Dan itu juga bagian dari hidup, dan dengan keheningan itu Anda bisa melihat pohon, Anda bisa melihat orang, Anda bisa melihat langit dan bintang-bintang. Itulah keindahan hidup.
*dikutip dari Jiddu Khrisnamurti
2006-12-14 » femi adi soempeno