“Hahahaha … nggak gentleman!” seru abang, disertai derai tawa dan gelengan kepala. cis, abang saya, begitu lantaran saya bercerita tentang lelaki yang menggurat hati saya belakangan. guratan itu bukan hanya guratan merah jambu, tetapi juga biru. pada abang saya bercerita soal perjumpaan kami, soal perjalanan singkat di ranah abu-abu yang kami lalui, soal songsongan episode […]
Comments Off »
Read the rest
“yang aku inget dari eyang, kalau siang-siang gitu aku nggak ada kegiatan terus diajak main-main di rumah itu …” begitu ujaran beno, lelaki usia tanggung kelas 1 SMP, anak sepupu saya, mas cipto. ia berujar begitu sembari membuka-buka potret saat ayah meninggal. uhm. saya jadi terharu. anak sekecil itu dan sebandel itu masih bisa mengingat […]
Comments Off »
Read the rest
2006-12-24 ::
femi adi soempeno //
cerita bumijo
Natal 2006: s e p i
masuk rumah, mengunci pintu, megambil remote teve, nonton mrs doubtfire. jogja masih dingin saat saya menggenjot kendaraan saya ke rumah, usai pulang dari gereja. di rumah sepi. hanya saya sendiri. sendiri. sendiri. sendiri. pohon natal masih berkedip genit, menggoda. sementara, tumpukan kado natal masih tak terjamah. di belakang saya, pigura hitam gelap menemani saya. potongan […]
2 comments »
Read the rest
2006-12-23 ::
femi adi soempeno //
cerita bumijo
Tanaman ayah baru
ongkosnya hanya Rp 45 ribu. iya, itu ongkos untuk anwar –biasa saya sebut memble– untuk mebersihkan tanaman perdu nan mengganggu di belakang kamarmandi. sepetak tanah disana, sayang kalau diberantakkan begitu saja. jadi, saya undang memble untuk membereskannya, dan mencabut hingga ke akar-akarnya. yang tersisa hanyalah sepohon mahkota dewa saja. selain membereskan belakang kamarmandi, memble juga […]
Comments Off »
Read the rest