Content

when writing the story of your life, don't let anyone else hold the pen

Jakarta banjir

Saturday 3 February 2007 - Filed under isu indonesia

dada saya sesak melihat tayangan televisi. tak sedikit kawasan di jakarta yang terendam banjir.

koran ditempat saya bekerja pernah memberi sinyal soal banjir ini, pertengahan desember 2006 lalu. tulisan yang dibikin oleh Hendra Soeprajitno itu memunculkan ramalan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG): hujan akan mengguyur deras Jakarta sepanjang Januari hingga Februari 2007. dan, setidaknya ada 78 titik rawan genangan air yang berpotensi menyebabkan banjir ketika musim hujan mengguyur Jakarta.

saya sendiri malas untuk membincangkan soal isu ‘banjir lima tahunan’.

jakarta sendiri 40% dari total wilayahnya –sekitar 65.000 ha– adalah daerah dataran rendah. “Tanpa ada hujan pun jika air laut sedang pasang, daerah yang rendah tersebut berada satu meter di bawah permukaan laut,” kata Agus Muharam, Juru Bicara Dinas Pekerjaan Umum Propinsi DKI Jakarta.

nah, mestinya idealnya sekitar 9% dari luas area Jakarta adalah daerah pengaman banjir. Tapi, nyatanya, pengaman banjir di Jakarta hanya mencakup 2,9% wilayah. “Itulah mengapa Jakarta selalu kebanjiran walau cuma hujan sebentar,” tambah Agus.

bagaimana ya gubernur di kota ini menangani banjir yang selalu selalu selalu menjadi masalah setiap tahun.

Jakarta punya banyak sungai yang bisa mengalirkan air hujan. kalau tidak salah hitung, 15 kali yang mencabik-cabik Jakarta. Namun, alih-alih menjadi penyelamat di musim hujan, selama ini sungai-sungai itu malah menjadi pembawa bencana. Setidaknya ada enam kali yang membelah Jakarta justru berbahaya kala musim hujan tiba. Sungai-sungai itu adalah Kali Pesanggrahan, Kali Angke, Kali Krukut, Kali Ciliwung, Kali Sunter, dan Kali Cipinang. Keenam sungai tersebut juga menjadi penampung air hujan dari Depok, Bogor, Puncak, dan Cianjur.

Idealnya, kali di Jakarta harus bertanggul dan memiliki lebar 15 meter dengan kedalaman 6 meter. Nyatanya, nyaris tak ada kali di Jakarta yang berukuran ideal seperti itu. Jangankan menampung air hujan dari daerah permukiman dan jalanan. Yang terjadi malah sungai-sungai itu meluapkan air ke jalanan.

Apa boleh buat, ibu kota tak hanya kaya dengan gedung bertingkat, tapi juga kaya dengan titik genangan air. Setidaknya ada 78 titik rawan genangan air yang tersebar di Jakarta. Ketika hujan turun, ke-78 titik tersebut tergenang air yang sebagian di antaranya menutup permukaan jalan. Dus, kalau tak membuat jalan menjadi buntu untuk sementara, ya setidaknya memaksa mobil berjalan merayap.

konon katanya, Pemerintah Provinsi Jakarta, BMG, dan Dinas Pekerjaan Umum sudah ancang-ancang untuk menghadapi banjir tahun ini. sekali lagi, konon, Pemda dan DPU, misalnya, sudah mengeruk dasar kali. konon juga, mereka berusaha menormalkan fungsi kali dengan membersihkan bangunan liar di pinggir kali “Masalahnya, tindakan ini mendapatkan perlawanan dari warga yang akan kami usir,” keluh Agus.

Ironisnya, di tengah upaya mengantisipasi banjir, proyek banjir Kanal Timur (BKT) yang mestinya bisa mengurangi ancaman banjir di Jakarta tetap saja terkatung-katung. Padahal, BKT diharapkan dapat menampung aliran sungai di wilayah timur dan utara Jakarta yang sudah kelebihan kapasitas.

Jika proyek BKT ini kelar, pemda dan Dinas PU berharap jumlah titik genangan di Jakarta bakal berkurang 13 titik. Dengan kedalaman 3 sampai 12 meter dan panjang 23,575 km sebelum bermuara di Laut Jawa, proyek ini akan menyelamatkan setidaknya 1/5 wilayah Jakarta. “Tapi bukan berarti banjir tidak ada, lo. Tujuan dari BKT ini adalah mengurangi banjir,” ucap Agus.

Proyek prestisius Pemprov DKI ini diperkirakan akan menelan biaya hingga Rp 4,9 triliun. Dari biaya segede gajah tersebut, sekitar Rp 2,4 triliun dibiayai dengan APBD, sedangkan sisanya yang sebesar Rp 2,5 triliun dibiayai APBN.

Sayang, sebagian warga Jakarta hanya bisa berdoa agar BKT bisa terwujud. Sampai tahun 2010 mereka belum bisa menikmati manfaat BKT. Pasalnya, target pembebasan tanah saja dipatok baru akhir 2007. Pengoperasian infrastruktur ini juga baru akan terlaksana paling cepat pada 2010. “Hingga akhir tahun ini untuk pembebasan lahan progresnya sudah 43%,” kata Agus.

bapak-bapak yang ada di Pemerintah Provinsi Jakarta, BMG, dan Dinas Pekerjaan Umum, semoga kalian tidak cuci tangan untuk banjir-banjir tahunan seperti ini. miris rasanya mendengar pernyataan bahwa ini adalah siklus lima tahunan. masa iya sih kita menyalahkan si pemilik hidup? keterlaluan aja.

courtesy image: antara

Tagged: » »

2007-02-03  »  femi adi soempeno